28 April 2009

kenapa harus "menyerah" jika ada kata "berjuang" di dalam kamus?

"We all have our time machines, don't we. Those that take us back are memories... And those that carry us forward, are dreams"
(quotes taken from: The Time Machine, 2002)

Bagi saya pribadi, kalimat diatas merupakan sebuah jalinan kata yang bermakna amat kuat. Saya disadarkan bahwa apa yang sudah saya perbuat di masa lalu hanya bisa saya kenang saja, kenangan itulah pengejawantahan "mesin waktu" kita ke masa lalu dan saya (termasuk kita semua) tentunya punya mimpi dan harapan. Mimpi dan harapan inilah yang menjadi semacam "mesin waktu" bagi kita menuju masa depan. Tentunya mimpi dan harapan ini harus kita usahakan menjadi nyata semampu kita.

"bagaimana jika kita mempunyai mimpi dan harapan, akan tetapi seakan-akan dalam waktu sekejap *wham* kita divonis untuk tidak bisa melanjutkan mimpi dan harapan itu?"

Dalam sekejap yang memenuhi pikiran saya adalah puluhan, bahkan ratusan kalimat bijak yang pada intinya kalimat itu seolah mempunyai mulut dan berbisik lagi kepada sanubari saya mengucapkan penggalan kata yang dikandungnya:

"Sabar..segala yang terjadi ini adalah rencana dari Yang Maha Kuasa. Hendaknya kamu tetap kuat dan jangan jatuh dalam menghadapi cobaan."

"Dit, ini masih belum rezeki untuk kamu. Tetap pertahankan mimpi dan harapan kamu, karena kelak mungkin di suatu waktu yang lain rezeki ini akan datang menghampirimu"

...dan bermacam-macam kalimat bijak lainnya...

Saat ini saya merasakan bahwa mimpi dan harapan itu akan/sedang/sudah menjauh dari saya. Saya berada dalam posisi dimana pada akhirnya sekeras dan sehebat apapun perjuangan yang akan saya lakukan, pada akhirnya perjuangan ini sekedar tak lebih dari kehampaan belaka.

Apakah benar ini semua akan jadi suatu yang hampa?
Pengalaman membujuk saya untuk berkaca. Hasil yang saya harapkan sebuah kebahagiaan memang tidak saya dapatkan, alih-alih rasa pahit dari kekalahan yang saya rasakan. Akan tetapi dibalik rasa pahit itu, terkandung proses pembelajaran.
Terkadang untuk mencapai keadaan ideal yang saya impikan, saya harus mengalami sakit yang teramat sangat.

Harus tahu rasanya ditolak
Harus tahu rasanya diacuhkan
Harus tahu rasanya sebenarnya saya ini pilihan yang salah

.Saya ini ternyata tempat yang salah untuk saling berbagi.

Dan untuk mencapai kata "ternyata", dibutuhkan waktu yang lama.
Dimana waktu itu dengan indahnya (atau kejamnya?) menumbuhkan segala impian dan harapan
yang pada akhirnya hanya menjadi sebuah satir tersendiri.

Lalu sampailah saya di persimpangan.
Di persimpangan tersebut ada petunjuk ke berbagai macam haluan.
Tetapi saya tahu, hanya ada 2 muara dari berbagai macam haluan tersebut.
Saya tahu saya sedang dihadapkan kedalam 2 pilihan:
Engkau memutuskan untuk berjuang menuju muara impian dan harapan awal, dimana perjalanan menuju muara tersebut penuh duri tajam serta onak duri dan tidak menutup kemungkinan akan terus melukaimu?
atau
Engkau memutuskan untuk menyerah menuju impian dan harapan awal sehingga engkau akan berpaling menuju muara impian dan harapan yang baru, dimana impian dan harapan baru itu tidak bisa menyamai hebatnya impian serta harapan yang lama?

Naif memang jika mengatakan impian serta harapan yang baru tidak bisa menyamai hebatnya impian serta harapan yang lama. Akan tetapi, esensi utama dari semua ini adalah "berjuang".

Saya memutuskan untuk terus berjuang mencapai muara impian dan harapan awal. Saya tahu dalam perjalanan meraih harapan ini, saya sebenarnya sudah divonis saat ini tidak akan berhasil. Saat ini tidak akan bisa. Saat ini bukan saya...

Akan tetapi kata "Saat ini" adalah "Saat ini"
Saya menolak jika "Saat ini" disamakan dengan "Masa mendatang"
Saya menolak vonis "Tidak bisa" karena saya tahu "Saya bisa"

Saya menolak "menyerah" karena saya tahu ada kata "berjuang"

"menyerah" berarti pasrah akan nasibnya, tidak melawan, mengaku kalah.
"berjuang" berarti berusaha sekuat tenaga untuk meraih sesuatu.

Dunia boleh tertawa karena saya memilih untuk berjuang.
Dunia mungkin tidak habis pikir karena saya tidak kunjung untuk menyerah.
Tapi,
Dunia harus tahu bahwa setiap perjuangan yang saya lakukan tidak berlandaskan rasa egoisme.

Suatu saat nanti (pastinya bukan saat ini), saya berjanji untuk memenuhi segala impian dan harapan awal saya.

Tapi, apakah Dunia mau menunggu suatu saat nanti?


Saya masih percaya dan tetap akan percaya, suatu saat nanti Dunia dapat melihat kesungguhan dan keteguhan hati saya.

Maka,
Sekarang saya harus terus percaya bahwa setiap perjuangan saya akan mampu memeluk lelah, keringat, sakit, acuhan, penolakan.....

Pada akhirnya,

Saya tidak akan pernah melupakan masa lalu saya, karena dari masa lalu itu saya sekarang mempunyai harapan dan impian.

dan dengan harapan dan impian tersebut,

Saya akan berjuang menunggu suatu saat nanti Dunia akan berkata kepadaku: "engkau dahulu mungkin membuatku resah dan gundah, tetapi aku percaya ke depannya engkau akan dapat menenangkanku."


-terima kasih kepada Dunia yang terus memberi inspirasi bagiku untuk terus berjuang. Dunia telah salah jika berpikir aku menyerah!-







27 April 2009

kamar 216 yang selalu ramai (edisi lanjutan)

Menyambung post kamar 216 yang selalu ramai, maka di tulisan ini saya akan kembali melanjutkan cerita tentang teman-teman kami yang sering bertandang ke kamar 216.

Tidak perlu basa-basi, berikut ini adalah beberapa pihak yang menjadikan kamar 216 sebagai tempat favorit berplesiran:
perhatikan dengan seksama, kemanakah gerangan tangan kanan uki mengarah?

Lelaki yang tampak pada foto di atas adalah U...uuuu..ki (dilafalkan langsung dengan logat khas Uki yang agak tergagap). Jadi, dari sekian banyak orang yang sering berkunjung ke kamar kami, Uki ini adalah salah satu orang yang paling jelas tujuannya kalau berkunjung ke kamar kami.
Tujuan Uki ke kamar kami biasanya:
1. Seperti nampak di foto, tangan kiri Uki menggenggam remote control TV dan tangan kanan Uki mengarah ke..... (simpulkan sendiri, yang pasti tujuan Uki ke kamar kami sudah jelas kan?)
Maksudnya, si Uki ini sering menonton tayangan-tayangan olahraga dari kanal khusus olahraga seperti ESPN ataupun Star Sports. Jadi, dalam foto ini yang terbayang dalam bayangan Uki kira-kira seperti ini: "Kapan ya perutku bisa "keras" kayak Ngond A Jam? (pemain sepakbola Sriwijaya FC)"

2. Curhat. Inilah yang paling ditunggu-tunggu oleh saya dan bendot. biasanya kalau Uki sudah curhat, entah kenapa Uki akan mengeluarkan kata-kata atau kalimat yang akan "menggali lubang kuburnya sendiri", sehingga akhirnya kami semua yang mendengar curhat Uki akan langsung tertawa karena kisah satir yang terjadi di hidupnya Uki.

3. Belajar. Uki sering datang ke kamar kami dan membawa catatan kuliah serta Jurnal. Akan tetapi hal ini jarang membuat saya dan bendot akhirnya juga ikut belajar. Sebenarnya jadi heran juga, mengapa Uki bisa konsentrasi belajar dengan kondisi kamar kami yang selalu hingar bingar. Salut untuk Uki untuk hal yang satu ini, terkadang membuat saya pribadi menjadi terpacu untuk belajar.

4.Tidur. Seperti halnya Hardian (cerita lebih lengkapnya silakan dibaca di tulisan saya yang terdahulu) biasanya setelah lelah beraktivitas di kamar kami, Uki tiba-tiba bisa tertidur dengan pulas di kamar kami. Berbeda dengan Hardian, biasanya kami justru sangat menunggu Uki tertidur. Mengapa? Sebab kalau Uki tidur, biasanya dia akan mengigau. Ini dia yang kami tunggu sebab jika Uki mengigau, biasanya sesi curhat rahasia Uki akan dibuka.
Berikut ini contoh sesi curhat dengan Uki ketika mengigau:

(latar: malam hari, pada kondisi yang tenang saat saya dan bendot sedang menjelajahi dunia maya di komputer jinjing masing-masing)

tiba-tiba Uki melenguh!
Uki: mmmmhhfff (suara parau Uki yang menandakan dia siap untuk membuka sesi curhat di kala tidurnya)

Saya dan bendot biasanya langsung paham Uki sudah masuk ke alam bawah sadarnya dan siap untuk diwawancara mengenai kehidupan pribadinya.

Saya: (to the point langsung bertanya) "Ki, kamu tuh sebenarnya cinta mati ama ***** gak sih?"

Uki: hhmmmmmmmmp (silakan para pembaca menginterpretasikan sendiri gumaman dari Uki ini, karena saya pribadi juga tidak mengerti maksud dari Uki ini. Mungkinkah artinya iya?)

Uki yang sedang mengigau: "kekuaaataaan Tiada Tara!"

Oknum berikutnya adalah:

Radix. Demi kebaikan bersama, sengaja difoto dari bagian belakang supaya tatapan matanya tidak "membunuh" kita semua

Alasan kedatangan Radix ke kamar kami meliputi:
1. Alasan bisnis yang semoga bisa dijalankan dengan lancar. (10% dari total alasan kedatangan)
2. Alasan bermain gim, membaca komik, dll. (90 % dari total alasan kedatangan)

Radix juga tidak hanya sering bermain ke kamar kami, tapi sering juga bermain ke kamar Panca dan Reda. Tapi alasan Radix ke kamar mereka, murni untuk bermain gim. Pernah saking semangatnya bermain gim, Radix tiba-tiba meng-install gim di PC Reda tanpa seizin Reda sendiri selaku pemilik PC. Oh, Radix......

Pihak berikutnya adalah:


public figure yang sudah tidak asing lagi bagi TI 05 khususnya

Ya, pria yang ada di foto di atas ini adalah Daud Satria. Orang yang satu ini sudah sering berkunjung ke kamar kami semenjak saya dan Daud mulai usaha fotokopi buku Analisis Biaya.

Kedatangan Daud biasanya membawa keceriaan karena kepolosan sifatnya yang terkadang menjadi bumerang bagi tindak tanduknya selama berkegiatan di kamar. Ketika musim UTS dan UAS, biasanya Daud belajar di kamar kami dan Daud tidak segan untuk mengajar kami semua apabila ada pelajaran yang tidak kami mengerti. Terima kasih sekali bung Daud!
Semoga kita lancar di bisnis kita ke depannya. Amin

Mungkin cukup sampai disini saja tulisan saya yang kali ini.
Dengan tidak mengurangi rasa hormat, saya tidak bermaksud menyinggung pihak-pihak yang saya sebutkan diatas. Hanya ingin berkomentar atas segala tindak- tanduk mereka lakukan di kamar 216. Maklumi saja jika empunya kamar ini berkomentar ya :)

Terima kasih sudah membaca!

bonus tambahan:


penampakan yang selalu ada di kamar 216 hampir setiap harinya. no comment deh.....kasian guling saya....


nb: Kepada pengunjung kamar 216, selalu rapikan kamar ketika sudah berkunjung! Jangan buang sampah di dalam kamar! Jangan lupa kembalikan komik pada tempatnya ketika sudah dibaca! Jangan menjajah kasur kepunyaan penulis, apalagi memberi air liur di bantal/guling-nya!

Sip!

25 April 2009

Ironi Tur Man. Utd ke Indonesia...

...dan kemudian datanglah Manchester United ke Indonesia

Seperti yang sudah diketahui oleh kebanyakan fans sepakbola, Man. Utd FC akan mengadakan tur pra-musim 09/10 ke Indonesia. Rencananya "The Reds Devil" akan tampil di stadion Gelora Bung Karno (GBK) pada tanggal 20 Juli 2009 melawan tim All Star Indonesian Super League.

Sebagai die hard fans Man. Utd semenjak tahun 1996, saya tentu amat antusias ingin menyaksikan penampilan tim Man. Utd berlaga di stadion GBK sambil bernyanyi lantang meneriakkan chants United. Saya yakin jutaan fans United di Indonesia pastinya akan mati-matian memperebutkan sekitar 72.ooo tiket pertandingan ini. Tiket pertandingan dijual dengan harga Rp 3,5 juta - Rp 100 ribu sesuai kelasnya masing-masing.

Tapi, apakah 72.000 penonton yang datang memadati stadion GBK nanti adalah benar-benar pendukung setia MU?

Sampai hari ini organizing comitte dari pertandingan ini masih belum mengeluarkan pernyataan resmi kapan tiket akan resmi dijual ke masyarakat luas, tapi dari selentingan yang beredar di forum-forum yang membahas kedatangan United ke Indonesia, tiket pertandingan ini dari jauh hari sudah diperebutkan berbagai macam kalangan. Baik kalangan yang mempunyai hubungan dekat dengan pihak organizing comitte maupun kalangan dengan tingkat kehidupan makmur sejahtera yang sanggup menggunakan kekuasaanya serta kemampuan finansialnya untuk memesan terlebih dahulu tiket pertandingan, bahkan sebelum pengumuman resmi penjualan tiket diumumkan.

Okay, saya dapat menerima jika sebagian tiket sudah dipesan/dibeli oleh 2 kalangan yang saya sebutkan diatas. Tapi dengan 1 syarat utama: Mereka memang penggemar sejati dari Man. Utd!
Tapi, bagaimana caranya mengetahui mereka ini penggemar Man. Utd? Apakah ketika ingin mengambil tiket ini, orang-orang tersebut harus ditanya pertanyaan trivial mengenai MU yang dapat membuktikan kalau para pembeli ini tidak sekedar membeli tiket untuk iseng saja?

Saya Khawatir...
Saya Teramat Sangat Khawatir...

Tidak terbayangkan rasanya jika di stadion nanti hanya segelintir fans saja yang tahu dan menyanyikan chants United.

Tidak terbayang juga jika sebagian isi stadion nanti mungkin hanya datang untuk melihat pemain bola dengan tampang rupawan macam CR7 atau Berbatov saja sehingga ketika ada pemain MU yang kurang terkenal dan rupawan macam Wellbeck akan diacuhkan. Bahkan parahnya, orang-orang ini tidak mengerti sistem formasi dari permainan sepakbola.

Tidak terbayang juga seandainya yang datang ke stadion banyak pasangan kekasih/segerombolan muda-mudi yang hanya ingin sekedar menghabikan waktu saja, tanpa mengetahui apa itu Man. Utd. Tidak tertutup kemungkinan, di dalam stadion nanti ada yang bertanya: "eh ini nih tim bola dari Amrik ya??" ( mungkin kalimat ini diucapkan oleh orang yang datang dengan menggunakan jersey MU yang kemungkinan besar juga baru mereka beli)

Tidak terbayang apabila ada segerombolan sosialita yang memenuhi stadion hanya untuk mengejar status: "eh gw nonton tim bola dari luar negeri loh di senayan!" (diucapkan oleh wanita-wanita yang tidak tahu menahu keindahan permainan sepakbola)
atau "eh gila, gw baru nonton MU! Jarang banget gw ngeliat ada pemain bola ganteng maen di Indonesia! kepengen deh gw bermesraan ama doi!" (diucapkan oleh pria tegap dengan dandanan metroseksual)

Tidak terbayang jika yang sudah memesan tiket bahkan sudah mendapatkan tiket dari jauh-jauh hari adalah orang-orang yang saya sebutkan ciri-cirinya diatas.

...dan kemudian inilah perjuangan fans MU mendapat tiket

Sejatinya, hubungan antara tim sepakbola dan fans adalah hubungan emosional. Secara emosi, tim sepakbola akan didukung habis-habisan oleh fans-nya dan sebagai balasannya tim sepakbola tersebut akan berjuang mati-matian di lapangan hijau untuk memuaskan fans-nya.
Sir Alex Ferguson paham akan hal ini, oleh karena itu Ferguson memutuskan untuk mengadakan tur ke Indonesia yang merupakan salah satu basis fans MU terbesar di region Asia.
Fergie tahu, kedatangan MU ke Indonesia akan memuaskan pendukung sejati MU di Indonesia.

Oleh karena itu makna yang bisa saya tangkap dari tur ini adalah "dari MU dan untuk fans MU di Indonesia".

Akan tetapi dengan jarangnya tim sepakbola luar negeri yang tur ke Indonesia dan belum transparannya sistem pemesanan tiket pertandingan, membuat peluang fans MU mendapat tiket amat sulit apalagi jika 2 kalangan yang saya sebutkan di atas adalah bukan fans sejati dari MU.

...dan optimis adalah sebuah kata yang mengandung harapan

Seorang fans united sejatinya adalah fans yang mempunyai jiwa optimis. Seperti hal-nya tim Man. Utd yang selalu optimis dan tidak pernah menyerah sampai ke detik terakhir pertandingan seperti yang ditunjukkan MU ketika final Piala Champions 1999 dan 2008.

Saya tetap optimis, akan banyak penggemar setia MU yang datang dan menonton langsung di stadion GBK.
Saya juga berdoa dan berusaha semoga saya dan teman-teman terdekat saya yang penggemar MU bisa mendapat tiket pertandingan ini.
Saya berharap hanya yang benar-benar penggemar MU sajalah yang berhasil mendapat tiket ini.

...dan tidak ada serangan sama sekali untuk pembeli tiket yang bukan merupakan fans MU

Saya berharap kepada teman-teman yang bukan penggemar sejati dari MU tidak perlu menonton langsung di stadion pertandingan ini.
Saya tahu kalian mungkin mempunyai uang untuk membeli tiket, kalian mungkin punya koneksi sehingga mempermudah kalian mendapatkan tiket, dan juga banyak faktor lainnya yang membuat kalian dengan santainya dapat memiliki tiket.
Akan tetapi di era globalisasi ini, semangat nyata dari sepakbola dalam hal ini adalah hubungan emosi antara fans dan tim sepakbola yang digemarinya tidak boleh luntur!
Memang sepakbola sekarang sudah memasuki era bisnis dimana semua hal sudah diukur pencapaiannya melalui uang. Akan tetapi esensi sejati dari fans dimana fans tersebut berteriak lantang mendukung timnya di stadion adalah sebuah kebenaran yang absolut.

"Akan sangat tidak mungkin bagi bukan penggemar sejati MU untuk berteriak dengan gagah berani mendukung perjuangan MU di lapangan. Menyanyi, menyanjung, serta mendukung penuh kebanggaan untuk MU hanya akan didapatkan dari fans sejati Setan Merah"

...dan semoga tidak terjadi ironi pada tur Manchester United ke Indonesia

curahan hati seorang (semoga) pendukung sejati Manchester United FC




kamar 216 yang selalu ramai

Jadi dari sekian banyak anak TI 05 yang ada di "Sangkuriang Hunian Kost", ada satu kamar favorit yang tiap hari jadi tujuan orang-orang untuk berkumpul.

Tempat berkumpul itu adalah, "jreng..jreng" (di-iringi jingle) kamar 216 yang notabene adalah kamar saya dan bendot. Berikut adalah sekilas penampakan kamar kami dari depan:
tampak depan kamar, beserta comotan "ini kandang kita" dari Piala Asia 2007

Entah karena keterbukaan dari saya dan bendot, hawa kamar kami yang sejuk, dan alasan-alasan lain yang tidak bisa kami ketahui, kamar kami ini menjadi favorit teman-teman TI 05 sesama penghuni khususnya dan teman TI 05 pada umumnya untuk berkegiatan. Kegiatan disini bisa kegiatan yang produktif semacam belajar bersama, kegiatan bisnisnya bendot bersama kawan-kawan, diskusi ilmiah, dan lainnya. Tapi percayalah, kamar ini lebih sering di-isi dengan kegiatan non produktif seperti mencela orang, membuka situs jejaring sosial, membuka situs khusus dewasa, bermain gim online, tiduran, kentut, dan banyak hal-hal yang tidak pantas lainnya.

Diantara banyak teman-teman, oknum yang paling sering mengunjungi kamar kami adalah:

hardian prabianto/didi cina/harian problemanto/ (dahulu) spermy/ (dan masih banyak panggilan lainnya yang tak pantas disebut)

Hampir setiap hari didi berkunjung ke kamar kami. Indikasi kemunculan didi sangat mudah dikenali. Jika tiba-tiba suara tangga samping kamar menjadi "grusak grasuk kedubrak" itu adalah semacam theme tanda kemunculan didi. Alasan didi ke kamar kami meliputi:
1. Tidak betah di kamar sendiri (mungkin karena bau-bau hormon yang dia keluarkan sendiri)
2. Sinyal HP Smart yang didapatkan di kamar kami sangat baik, sehingga didi sering internet-an di kamar kami.
3. (dahulu) Ketika belum punya HP Smart, didi akan mencuri waktu dimana salah satu diantara saya dan bendot tidak menggunakan komputer jiniing kami lagi, maka didi akan siap sedia menggunakan komputer jinjing tersebut untuk internet-an dan tertama main gim Travian.
4. (mungkin) Kesepian, padahal sudah punya pacar...
5. Alasan tentatif yang akan muncul dengan sendirinya ketika didi tiba di kamar kami.

Sebenarnya kami pribadi tidak terlalu mempermasalahkan keberadaan didi di kamar kami, akan tetapi kadang-kadang kami merasa heran juga ketika didi:
1. Tiba-tiba tertidur di kasur bendot atau kasur saya. Apalagi kami bukanlah tipe orang yang tega akan membangunkan orang yang sudah tertidur, jadi jika didi sudah tertidur di salah satu kasur itu berarti tanda bahwa kami harus menerima nasib. Biasanya kami langsung melanjutkan kegiatan (kalau bendot biasanya main gim lagi atau internet-an sedangkan saya biasanya internet-an) sampai kami tiba-tiba sudah tertidur saja di kursi kami.

2. Posisi tidur didi yang bagian kaki selalu menempati bagian atas kasur. Jadi, posisi tidur terbalik ini akan semakin memperbesar kemungkinan didi menendang bantal kami. Aduh, padahal bantal itu tempat menyangga kepala, tetapi kenapa harus terkena kaki didi T_T

3. Paling heran kalau sudah malam-malam, tetapi didi tidak balik ke kamarnya. Kami maklum karena 5 alasan diatas.

Kamar kami juga biasanya kedatangan makhluk yang satu ini:
tebak pantat siapa ini? bukan jabol, tapi ini pantatnya Alfie Bika Zulaika

Pria yang satu ini biasanya konservatif datang ke kamar kami, tidak setiap hari seperti didi dan juga selalu balik ke kamarnya jika Alfie merasa urusan di kamar kami sudah beres. Kedatangan Alfie biasanya selalu membawa hal-hal seperti:
1. Celaan
2. Celaan
3. Celaan
4. Hal selain celaan

Sebenarnya banyak lagi yang sering ke kamar kami seperti Reda, Panca,Uki, Ucup, Gita, Novi, dan yang lain. Cuma terlalu panjang ceritanya,bisa-bisa baca blog ini sambil dibawa buang air juga saking panjangnya.

Intinya kami (tentu saja saya dan bendot) sebenarnya sama sekali tidak berkeberatan degan kedatangan teman-teman semua (termasuk kamu yang sedang membaca). Akan tetapi, tolong bawa rokok buat oleh-oleh kalau ingin ke kamar kami (bercanda yeee)

Akan tetapi, jikalau teman-teman berkunjung ke kamar kami tolong rapikan sedikit saja kamar kami. Jangan memberantakkan kamar kami lebih tepatnya.
Jika membawa makanan/minuman, jangan lupa membuang sampah bungkusannya di luar kamar. Jangan ditinggal di dalam kamar kami :)
Jangan memakai bantal/guling kepunyaan kami untuk menyangga (maaf) pantat anda, apalagi ketiak anda.
Perlakukanlah kamar kami dengan baik, seperti kamu memperlakukan kamar kamu juga :)

yah,mudah-mudahan tidak ada pihak yang tersinggung yap. sip !

nb: satu lagi, kalau mau pinjam komik saya. selalu bilang ke saya yap! jangan tiba-tiba main ke kamar, tidak menyapa kami, langsung saja mengambil beberapa koleksi komik saya tanpa menyapa saya. okeh!


24 April 2009

In de kost zijn, terminologi yang salah kaprah digunakan

selama di menuntut ilmu di Bandung saya sudah nge-kost di 2 rumah

Pertama kali saya nge-kost di Jalan Pelesiran No 58 yang ketika itu baru saja selesai dibangun, nama Kost-nya adalah "...." (lupa saya :p) yang jelas warna bagunan tersebut bewarna kuning.
Saya tinggal di kamar no 8 selama 2 tahun. Kost ini isinya ada sekitar 30 kamar.

Kedua kali saya ngekost adalah di "Sangkuriang Hunian Kost" Jalan Cisitu 45 B. Kost saya ini dahulu adalah bekas Hotel Sangkuriang, jadi desain bangunan-nya pun sampai sekarang masih tetap dipertahankan seperti hotel. Saya tinggal sekamar berdua bersama rekan seperjuangan saya Fachmi bendot/ape/bandwidth/.....(kayanya bakal nambah lagi ;p). Jumlah kamar disini saya perkirakan mencapai >50 kamar.

Tapi apakah tepat "rumah" yang saya tinggali selama kuliah di Bandung ini disebut "kost"?
Kata "kost" ini sendiri sudah familiar saya dengar dari saya kecil. Menurut orang tua saya "kost" berarti menumpang di rumah orang/keluarga lain dan kemudian sebagai balas jasa orang tersebut sudah mengizinkan salah satu kamarnya untuk ditempati, orang tersebut akan diberi imbalan berupa uang. Di zaman dahulu menurut Ibu saya, kadang ada keluarga yang tidak menuntut imbalan dari orang yang ngekost di rumah mereka. Mungkin ketika itu nilai-nilai seperti kejujuran dan kepercayaan masih kental pada bangsa ini sehingga antara pemilik rumah dan yang menumpang bisa terpelihara rasa saling tanggung jawab serta saling menghormati.

Lalu yang menjadi pertanyaannya adalah, tepatkah sebutan "kost" bagi tempat tinggal saya selama ini di Bandung?
In de Kost zijn sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Belanda yang artinya menumpang. Penyerapan kata-kata in de kost zijn nampaknya menjadi "kosan" pada bahasa Indonesia.
Berarti secara harfiah, "kosan" tetap mengandung makna menumpang di rumah orang/keluarga lain.
Pada kenyataanya, saya pikir selama ini saya merasa tidak menumpang di rumah keluarga lain. Saya lebih merasa sebagai pihak yang "menyewa" sebuah kamar. Memang saya menginap di rumah yang dimiliki orang lain, tapi empunya rumah hampir tidak pernah ada di rumah yang saya tinggali.

Jadi, sebenarnya lebih tepat dikatakan kalau saya ini "mengontrak" sebuah kamar daripada "ngekost".

Mungkin istilah "kost" ini sangat familiar karena sudah digunakan sejak dahulu tapi seiring bertambahnya jumlah orang-orang yang butuh tempat "kost" dan makin sedikit daya tampung keluarga yang mengizinkan orang-orang untuk "kost" di rumah mereka, pada akhirnya makin banyak bangunan baru didirikan dengan tujuan menyewakan kamar-kamar sebagai "kost".

Inilah terminologi yang salah menurut saya antara : "kost" dan "kontrakan"

Jadi ke depannya, ketika saya ditanya teman: "Dit, lo ngekost dimana?"
Seharusnya saya bisa menjawab:"eh gw gak ngekost kali, gw ngontrak di ...."

Ya, semoga tulisan ini bisa memberikan pencerahan kepada teman-teman :)

21 April 2009

selalu ada yang pertama..

ya, inilah tulisan pertama saya di blog ini
dibuat di kamar kosan saya yang tumben lagi rapih-rapihnya

ya, petualangan saya di blog dimulai hari ini
apa yang akan tertulis di blog ini ke depannya?
takdir dan nasib yang akan menentukan

klise memang
tapi bukankah segala ini juga begitu klise?

silakan dinikmati saja