17 Mei 2011

kilas balik: obrolan inspirasional dengan alm. SBHL

Tulisan ini saya ambil dari http://mbahdiddo.tumblr.com
Berhubung sudah lama saya tidak menulis dan esok hari saya sudah kembali ke kesibukan saya belakangan ini, saya tidak yakin akan bisa menulis lagi dalam jangka waktu dekat.
Jadi untuk mengisi blog ini, saya mengambil tulisan yang pernah saya tulis di tumblr sekitar 3 bulan lalu.
Kenapa tulisan ini saya sertakan disini?
Secara simpel setelah saya mengikuti tumblr, saya berpendapat tumblr itu lebih cocok untuk diisi dengan konten-konten berupa gambar (baik dalam format jpeg atau gif) ketimbang diisi dengan tulisan panjang.

Saya berpikir alangkah baiknya jika tulisan ini bisa dibaca di blog ini ketimbang mendekam di tumblr.
Akhir kata, saya masih menjalani misteri kurikulum kehidupan yang telah Pak Hari Lubis sampaikan kepada saya 1 tahun lalu.
Lalu, bagaimana kurikulum kehidupan yang saya jalani sampai sejauh ini? Rumit, tapi tetap menarik dari perspektif saya pribadi.
Bagaimana dengan kamu sendiri? Sudah menemukan jawaban paling ultimate dari kurikulum kehidupan ini? :)

=======================================================

Sekitar 1 tahun lalu ketika saya sedang bimbingan tugas akhir dengan Beliau.
  • Didit (D) : Bapak, bagaimana dengan nilai IPK saya ini ya? Sebentar lagi sudah mau lulus, tapi IPK saya masih begini-begini saja...
  • (alm) Dr. Ir. S.B. Hari Lubis (H): oh, kenapa kamu khawatir?
  • D : Ya khawatir Pak. Kalau melihat IPK kawan-kawan saya yang lain, rasanya saya minder banget.
  • H : Dit, saya kasih tahu. Banyak anak yang mendapat IPK bagus itu artinya mereka lulus dengan baik dari kurikulum TI ITB periode ini. Lulus dari kurikulum kehidupan itu belum tentu. Maka, apa yang kamu khawatirkan hanya dari sekedar nilai yang kamu dapat dari ITB ?
Saya langsung terdiam ketika mendengar Beliau berkata hal ini.
Kalimat tersebut keluar dari seorang luar biasa yang seumur hidupnya memakan asam-garam kehidupan yang Beliau pandang dari perspektif cara kerja organisasi yang ideal. Sesuai dengan nilai-nilai yang Beliau anut hasil kuliah ilmu Organisasi di Grenoble, Prancis.
Ketika saya sudah lulus kuliah dan kemudian menjalani sedikit fase kehidupan paska lulus, saya mulai memaknai lebih dalam akan pesan Beliau tersebut.

Sayang sekali, Beliau saat ini sudah tiada. Meninggalkan banyak makna untuk saya. Saya tidak mempunyai kesempatan lagi untuk berbincang panjang lebar dengan Beliau seperti dahulu.
Ingin sekali rasanya saya bercerita kepada beliau akan sedikit pengalaman yang saya alami setelah lulus, tentang sedikit kurikulum kehidupan yang saya sudah jalani selama ini.
Tetapi, inilah kehidupan. Sang Pencipta mungkin menetapkan bahwa Bapak Hari Lubis sudah waktunya lulus dari kurikulum kehidupan sehingga Beliau dipanggil untuk kembali intim dengan Sang Pencipta di alam sana.
Tentu saja, saya yang masih menjalani sebagian kecil dari kurikulum kehidupan ini menjadi gelisah. Suatu saat nanti ketika saya dipanggil menghadap Sang Pencipta, itu artinya saya telah lulus kurikulum kehidupan dengan nilai yang baik? Atau malah saya dipanggil karena nilai saya selama menjalani kurikulum kehidupan ini setali tiga uang dengan nilai IPK Sarjana saya, bahkan mungkin lebih rendah? Oh, tentu suatu saat nanti, kita pasti akan mengetahuinya.
Demikian. Semoga perkataan dari Bapak Hari Lubis ini juga bisa menambah perspektif bagi kamu-kamu yang sedang menjalani kurikulum kehidupan yang penuh dengan "kuis", "tugas besar", "presentasi", dan juga "ujian" yang tiada hentinya mendera kita semua.

*tulisan ini saya persembahkan untuk Bapak Hari Lubis. Karena Beliau, saya bisa lulus ITB dengan tidak sekedar dengan bekal nilai A untuk tugas akhir. Tapi dengan banyak perspektif-perspektif bijak untuk memandang kehidupan ini yang tidak pernah saya dapatkan selama masa perkuliahan saya di ITB. : )