oke, saya beruntung untuk bisa pergi ke Sulawesi dalam rangka "kerja". Apa pekerjaan saya?
Jalan-jalan dan makan-makan sampai mojrot bersama rekan saya Boma Andro Gauri.
Ya, mojrot karena kami sangat puas berwisata kuliner & juga Boma sampai kena asam urat.
well, asam urat untuk pemuda berusia hampir 23 tahun itu menyesakkan sekali karena Boma akhirnya ga bisa puas-puas makan jeroan lagi seumur hidupnya. well, tabah ya Boms. *senyum jahat*
bagaimana kami menuju Makassar?
Pertama saya & Boma pergi ke kota Makassar pada tanggal 11 November 2010. Berangkat subuh dgn Lion Air dari bandara Soekarno-Hatta yang hebatnya sangat tepat waktu di jam keberangkatan 05.30 WIB dan tiba di bandara Sultan Hassanudin jam 09.15 WITA. Lebih cepat 5 menit dari jadwal yang tertera di tiket yaitu jam 09.20 WITA. Wow! Terus terang saya sangat takjub! Kapan lagi maskapai penerbangan selain GIA bisa tepat waktu kan? hahaha
Intermezzo, ternyata jadwal keberangkatan kami berbeda tipis dengan jadwal keberangkatan rekan kami yaitu: Sekar Arrum & Fauzan TA, yang tergabung ke dalam tim Indonesia Mengajar.
Perbedaannya, mereka naik pesawat GIA di terminal 2 *elite gan* serta berangkat jam 05.00 WIB sehingga kami tidak sempat bertemu baik di Cengkareng dan juga di Makassar.
well, sukses selalu dalam membangun Indonesia yap!
Kembali ke perjalanan! dan tibalah kami di Makassar!
Kesan pertama ketika sampai di bandara Sultan Hassanudin yaitu: "FUCK!!! Bandara ini keren banget!".
Menurut kakak saya, bandara ini dapat dibandingkan setara dengan Hong Kong International Airport.
Benarkah? Untuk membuktikannya, suatu saat nanti saya tentu harus ke Hong Kong. hahahaha
Lepas dari Bandara, kami menuju Kabupaten Pulutan yang berjarak sekitar 1,5 jam perjalanan dari Makassar. Disana kami menyelesaikan urusan pekerjaan yaitu
......bblblaablabalbsla....wasweswosssswasweswos....ajspakjsoaksopaksa...
*diskip aja demi kebaikan* :D
poin penting dari kunjungan ke kab. Pulutan ini adalah:
1. Tempat kami menginap: Wisma Azman.
sorry to say, wisma ini .... (memikirkan kata yang tepat untuk diucapkan) 'kurang banget fasilitasnya...'
Saya sudahi saja komentar tentang wisma ini, ketimbang mengeluh lebih jauh. :))
tipikal bangunan sejak tahun 80an yang tidak pernah dirawat dengan baik.
well, silakan dibayangkan sendiri.
Biaya menginap di wisma ini 1 malam: Rp 150.000,-. Relatif mahal untuk wisma sekelas ini, tapi bagaimana lagi. Kami tidak punya banyak pilihan untuk menginap di Pulutan. Lebih tepatnya 'terpaksa menginap disana'.
*tidak ada foto untuk memperlihatkan wisma ini, demi kebaikan bersama. Ketimbang ketika difoto muncul penampakan.
2. Wisata Kuliner: Sop Saudara.
dimana? lokasi rumah makan ini ada di bagian kiri jalan raya Pulutan yang mengarah dari Makassar.
rasanya? cukup enak, tapi ga terlalu spesial.
harga? bersahabat. Makan 4 porsi Sop Saudara + Daging Ikan Bandeng + teh botol = Rp 100.000
kejadian menarik? ada 1 potong kecil Paru di sop ini. Dan Boma terkena asam urat keesokan harinya. Ngeri.
Pulutan selesai dalam 1 malam!
Tancap ke Makassar!
(to be continue, foto menyusul!!)
21 November 2010
27 Agustus 2010
Review: À la folie... pas du tout (2002)
Apakah perasaan cinta yang mendalam dari seorang wanita untuk seorang pria yang sudah mempunyai istri adalah suatu hal yang pantas dipertahankan?
Dengan tetap mempertahankan perasaan cinta di dalam hatinya, wanita ini menjadi lebih semangat dalam menjalani hidup karena pria ini mampu membuat rasa cinta wanita ini mekar sehingga menjadi tujuan hidup yang ingin diraih wanita ini bersama pria tersebut.
Akan tetapi bagaimanakah dengan perasaan pria ini kepada wanita tersebut? Kemudian, bagaimanakah kata hati pria ini sebenarnya kepada istrinya?
À la folie... pas du tout
Angelique yang sudah kadung sangat mencintai Loïc, kemudian melakukan beberapa tindakan nekat untuk memisahkan Loïc dari Rachel dan tentu saja supaya Loïc mau menerima cintanya setulus hati. Sayangnya, rasa cinta Angelique kepada Loïc akhirnya bertepuk sebelah tangan. Loïc tetap memilih untuk bersama Rachel. Angelique yang putus asa akhirnya memutuskan untuk melakukan percobaan bunuh diri...
"We all dream of a great love affair" -Angelique-
Sosok Angelique yang terlihat polos namun sebenarnya misterius diperankan dengan apik oleh Audrey Tautou. Daya pikat Tautou setelah berperan di film Amélie pada tahun 2001 terpancar di film ini dan tidak diragukan lagi merupakan elemen terpenting di film ini. Layaknya film produksi Prancis yang lain, terdapat beberapa momen indah yang ditangkap oleh kamera terutama pada bagian awal dari film yang mencoba menyampaikan suasana hati Angelique yang berbunga-bunga secara visual. Jalinan cerita yang diberikan pada film ini mencapai klimaksnya dengan baik, lalu ditutup oleh ending yang membuat penonton akan memikirkan dalam hati: "Apa sih yang sebenarnya ada di dalam pikiran Angelique?"
"Though my love is insane
my reason calms the pain in my heart
it tells me to be patient and keep hoping..."
-an erotomaniac confined for 50 years-
À la folie... pas du tout a film by Laetitia Colombani
cast:
Audrey Tautou ... Angelique
Samuel Le Bihan ... Loïc
Isabell Carré ... Rachel
Clément Sibony ... David
Rumah Produksi:
Cofimage 12
25 Agustus 2010
Review: Following (1998)
Apa yang akan dilakukan seseorang penulis ketika merasa kesepian dan bosan di London? Mengikuti seseorang lainnya secara acak kemanapun orang tersebut pergi.
Ini adalah ide awal dari cerita "Following", film panjang pertama karya sutradara Chris Nolan yang diproduksi dengan format hitam putih. Film ini dibuka dengan dialog antara tokoh utama yang bernama Bill dengan seorang Polisi. Chris Nolan sedari awal karir nampak telah menyukai gagasan bahwa adegan pembuka film berkaitan erat dengan akhir film itu sendiri, setidaknya inilah nuansa yang nampak dalam Following dan juga pada beberapa film Nolan berikutnya seperti Memento, The Prestige, dan Inception.
Dialog di pembuka film memaparkan argumentasi Bill tentang motivasi dirinya untuk mengikuti seseorang secara acak. Bill juga menjelaskan terdapat beberapa aturan yang dia buat sendiri dalam mengikuti seseorang. Ketika aturan tersebut dilanggar oleh Bill, maka dimulailah konflik berkembang dalam film ini dengan alur cerita non-linier ini.
Dikisahkan Bill mengikuti Cobb (Ya, COBB, nama karakter yang sama dengan nama karakter Leo Di Caprio di film Inception) sampai ke dalam café. Cobb yang menyadari bahwa Bill sedang memperhatikan dari kejauhan kemudian segera mendekati Bill dan dimulailah pembicaraan antara mereka berdua sehingga Bill mengetahui bahwa Cobb adalah seorang pencuri (COBB seorang Pencuri, nampak seperti di film Inception?). Bill kemudian mengikuti bagaimana tindakan-tindakan yang dilakukan Cobb dalam memasuki flat seseorang. Salah satu flat yang dimasuki adalah milik seorang wanita Blonde. Seiring cerita berlanjut, Bill kemudian mengikuti wanita Blonde yang apartemennya sempat dimasuki olehnya sampai akhirnya berkenalan dengan Blonde.
Ternyata Bill tertarik kepada Blonde sehingga pada akhirnya Bill bersedia melakukan suatu hal yang diminta Blonde dan juga kedekatan Bill dengan Cobb malah membuat Bill tidak menyadari bahwa dirinya sedang dalam sebuah intrik licik yang membuat Bill akhirnya mencari tahu apa kebenaran di balik hal-hal yang menimpa dirinya selama ini.
"When I started to follow people, specific people, when I selected a person to follow, that's when the trouble started." -Bill-
Film berdurasi 70 menit ini pada akhirnya memberi pesan kepada penonton tentang ide-ide apa saja yang dibawa oleh Chris Nolan kepada sebagian besar film-film yang akan diproduksi Nolan setelah film ini. Walaupun Following adalah film pertama dari Chris Nolan, saya justru menonton film ini yang paling akhir ketimbang film-film Nolan lainnya. Gagasan akan anti-hero, manipulasi pikiran seseorang, heist movie, personal demon seseorang yang dibenturkan dengan personal demon tokoh lainnya, dan beberapa gagasan lainnya merupakan genre yang pada akhirnya selalu dipakai Nolan sampai saat ini di proyek lainnya. Seperti film Nolan yang lain, penonton akan dibuat tertarik dari setiap adegan ke adegan lainnya sehingga suasana misteri dan thrill dapat terbangun dengan sangat baik dari awal hingga menuju klimaksnya. Saya salut dengan proses editing dari film ini.
Hebatnya film ini diproduksi hampir tidak mengeluarkan dana sama sekali! Jikalau ada dana yang dikeluarkan, maka itu dipergunakan untuk keperluan promosi dari film ini sendiri. Jadi membuat film dengan skenario dan ide cerita yang kokoh seperti ini dengan dana seminimal mungkin, menurut saya adalah sebuah prestasi tersendiri. Bahkan alasan dana yang minimal juga merupakan penyebab film ini dibuat dengan format hitam dan putih, yaitu untuk kompromi dengan kebutuhan alat-alat pencahayaan yang kadang dibutuhkan untuk pengambilan gambar film berwarna.
Pada akhirnya penonton akan dibuat tersenyum miris (setidaknya ini ekspresi saya pribadi) ketika mengetahui apa yang terjadi yang sebenarnya pada Bill pada akhir cerita film ini. Dan dialog antara Bill dan Polisi pada akhir film, akan membuat kita semua berpikir apakah kita sebenarnya mengetahui dengan baik dan benar semua hal yang terjadi di sekeliling kita?
FOLLOWING a film by Christopher Nolan
Cast:
Jeremy Theobald ... Bill
Alex Haw ... Cobb
Lucy Russell ... The Blonde
John Nolan ... The Policeman
Rumah Produksi:
New Wave Films
25 Februari 2010
Langganan:
Postingan (Atom)