20 Juni 2015

Bertualang di Den Haag dengan OV Chip Card


Akan selalu ada cerita yang bisa dibagikan ketika kita pergi jalan-jalan. Di sini saya akan cerita tentang pengalaman saya ketika liburan ke Belanda lalu menggunakan moda transportasi Bus & Tram ketika bepergian di kota The Hague/Den Haag di awal tahun 2015 ini.

Tentu saja tidak seperti di Indonesia (Jakarta khususnya) yang tertinggal jauh dalam urusan infrastruktur dan transportasi publik, Belanda (The Hague khususnya) sangat canggih dalam menata sistem transportasi publiknya. Saya yang terbiasa menggunakan angkutan seperti KWK, Kopaja, Metromini, dan tentu saja Bus TransJakarta di ibukota tercinta dibuat takjub oleh pengalaman menggunakan transportasi umum di The Hague.

Tetapi tulisan ini tidak dibuat untuk mengolok-olok dan membandingkan Belanda dan Indonesia. Sudah cukup jelas negara kita ketinggalan 10 dekade atau mungkin lebih dibandingkan dengan transportasi publik di Belanda. Walau proyek MRT yang didengungkan oleh Gubernur Ahok sudah dalam tahap konstruksi, tapi maafkanlah saya yang selalu pesimis akan pengelolaan serta kesinambungan segala proyek transportasi di sini. Setidaknya, di belahan dunia lain saya dapat merasakan pengalaman menikmati transportasi publik yang sangat nyaman.
Seperti apa pengalaman yang saya rasakan ketika naik Bus & Tram di Belanda ini? 

Di The Hague ini segala alur informasi tentang di halte mana kita berada sangatlah jelas. Di halte ada papan penunjuk bewarna kuning yang menjelaskan:
Dimana kita berada --> di halte Stuyvesanstraat
Bus & Tram apa saja yang melewati halte -->  Bus #23 dan Tram #2
Estimasi waktu kedatangan Bus & Tram (Di gambar bagian tengah bawah papan elektronik, terdapat informasi kapan Bus & Tram akan datang dan tentu saja tidak ngaret! =)
Papan Penunjuk Arah Bus

Halte juga dilengkapi tempat duduk dan atap yang berguna melindungi para calon penumpang yang menunggu kedatangan Bus & Tram. Di halte ini juga ada info grafis yang memberi informasi interval kedatangan Bus & Tram setiap harinya. Pada hari biasa/weekdays interval kedatangannya tiap 10-15 menit sekali, tentu tergantung waktu. Pagi hari ketika jam pergi ke kantor, frekuensi kedatangan akan lebih sering.

Calon penumpang yang menunggu bus dengan sabar

Kebetulan pada hari itu, saya ingin pergi menuju Centruum The Hague yang merupakan pusat perbelanjaan di area dekat saya tinggal di Stuyvesanstraat. Maka saya akan naik Tram nomor 2.

Tibalah Tram datang ke halte, maka sebelum masuk ke dalam Tram, penumpang dapat memencet tombol berwarna kuning supaya pintu Tram terbuka. Ada juga tombol berwarna biru yang bergambar kursi roda. Dugaan saya tombol ini ada untuk memudahkan kaum difabel masuk ke dalam Tram dan juga membuat pintu Tram terbuka lebih lama.
Pilih tombol berwarna kuning


Terbiasa untuk membeli tiket di loket ketika membeli karcis TransJakarta?
Terbiasa menunggu ditagih ongkos oleh kenek Kopaja/Metromini?
Terbiasa membayar tunai ongkos angkot di Mikrolet/KWK?

Maka kebiasaan itu tidak berlaku di dalam Tram ini berkat OV CHIPKAART (selanjutnya disebut OV)

OV Chipcard yang berfungsi sebagai alat pembayaran
OV merupakan alat pembayaran pengganti uang tunai yang dapat digunakan untuk naik transportasi publik seantero Belanda. Cara penggunaannya sangat mudah. Setelah masuk ke dalam bus/tram, penumpang tinggal memindai OV ke Card Reader yang disediakan di dekat pintu (lihat gambar di bawah ini). Otomatis saldo akan terdebet dan OV Card Reader akan menunjukkan sisa saldo yang tersedia.
Sepintas penggunaan OV ini mirip seperti menggunakan kartu jika kamu naik bus di Singapore.

OV bisa didapatkan di terminal pusat di masing-masing distrik. Ibaratnya, di Jakarta bisa didapatkan di Blok M, Kampung Rambutan, Harmoni.


Tempel OV Chipcard ke card reader
Kamu bisa melihat cara penggunaan OV di gambar yang saya sematkan di tulisan ini.
Praktis bukan?
Saya bertanya kepada kakak saya, apa yang terjadi jika ada penumpang yang sengaja/tidak sengaja lupa menyentuhkan OV ini ke Card Reader? Well, mentalitas "endonesa" saya terlintas begitu saja melihat kemungkinan adanya kesempatan dalam kesempitan seperti ini :))

Apakah akan segera ditindak petugas? ataukah dibiarkan melengang begitu saja?

Well, tentu saya tidak akan mengorbankan kemerdekaan diri saya untuk mencoba membuktikannya
Kakak saya hanya berkata, hati-hati karena segala tindakan akan terekam oleh CCTV dan sering kali ada petugas sidak di stasiun stasiun pusat.

Okesip kakak!

OV Card Reader
Selama perjalanan di Den Haag, saya sangat menikmati layanan transportasi publik. Tepat waktu adalah kunci dari segalanya.
Ongkos naik bus & transport pun akan lebih murah jika menggunakan OV daripada membayar tunai langsung. Kisaran ongkos dengan OV jika naik tram & bus di dalam kota ada di kisaran 1-2 (tentu kalau di rupiahkan terasa menohok juga)

Saya menikmati perjalanan saya menuju taman Madurodam, pusat ekonomi Den Haag Central, pantai Scheveningen, sampai ke Delft semuanya dengan mengandalkan bus  & tram... Saking nikmatnya hingga saya ada angan andai saja sistem dan infrakstuktur di Indonesia bisa secanggih dan semanusiawi ini.

Situasi santai di stasiun SPUI

Den Haag dengan segala keramah tamahan manusianya.
Dengan segala ketertiban dan kecanggihan transportasi publiknya.
Dengan segala syahdu keheningan yang terpancar dari aura kotanya.

Sungguh saya ingin menghabiskan masa tua saya di kota yang menyenangkan seperti ini

Dengan begitu marilah bersabar menantikan liburan akhir tahun 2016 ;)