22 Juni 2013

For me, Love is....

"This is Crazy, This Stupid, This is Love" (Crazy, Stupid, Love, 2011)

"... When love can come as a complete surprise" (Before Sunrise, 1995)

"You never forget your first love." (Flipped, 2010)


"If you believe in love at first sight... Take a closer look." (Closer, 2004)


"By chance, by coincidence...but inevitable." (The Classic, 2003)

"Boy meets girl. Boy falls in love. Girl doesn't." (500 Days of Summer, 2009)

"He loved her like there was no tomorrow." (If Only, 2004)

"Feel the heat, keep the feeling burning, let the sensation explode." 
(In the Mood for Love, 2000)

"Behind every great love is a great story." (The Notebook, 2004)

"A Story Sadder Than Sadness..." (More Than Blue, 2009)

"It's the love we've lost that haunts us..." (Tempting Heart, 1999)

"What if you had a second chance with the one that got away?" (Before Sunset, 2004)

"You can erase someone from your mind. Getting them out of your heart is another story."   (Eternal Sunshine of The Spotless Mind. 2004)

"love is betrayal. love is anguish. love is sin. love is selfish. love is hope. love is pain. love is death. what is love? love's a bitch." (Amores Perros, 2000)

07 Juni 2013

Romansa 90an: Hands - Jewel



In The End Only Kindness Matters...

Gw gak bisa tidur cepat pagi tadi, faktor karena kemarin gw tidur di sore hari sekitar 3 jam. Walhasil sampai jam 5 subuh, gw masih melek terang benderang ini mata.

Mencoba untuk tidur, apa yang harus gw lakukan?

Gw sudah menonton The Fountain-nya Darren Aronofsky dan Cast Away-nya Robert Zemeckis dari jam 23 sampai jam 3 subuh. Masih juga energi meluap.

Membuang energi secara kilat melalui suatu gerakan repetitif yang sudah populer dilakukan dari jaman pra sejarah ke salah satu anggota tubuh?
Tidak. Bukan dengan cara itu untuk subuh tadi.

Di subuh tadi gw mencoba berdoa. Tidak untuk menjadi sosok yang makin religi, tetapi ingin diberikan kenikmatan untuk merasakan kantuk. Berdoa sesuai dengan kegelisahan gw, dan entah mengapa dalam doa itu gw mendadak terbayang lagu Hands yang dinyanyikan oleh Jewel.

Okelah, faktor 90an juga menentukan di dalam sel kelabu otak gw. Mungkin sinapsis di otak gw langsung men-trigger kemunculan lagu Hands di dalam otak gw di kala untaian doa menjadi aktivitas random yang gw lakukan subuh tadi. Tapi, ternyata Hands bekerja dengan uniknya! Segera setelah gw dengerin Hands tadi subuh, gw langsung terlelap. Secara sentimentil, mungkin karena hati gw tergerak dengan makna lagu ini...

Hands adalah lagu yang gw inget banget sering dipedengarkan ketika gw masih SD. Terekam dalam memori gw karena nada yang catchy, hingga pada akhirnya ketika menginjak usia pra dewasa dan mengalami berbagai macam hal gw bisa memaknai lagu Hands ini lebih dalam... 
We are never broken... Cause in the end only kindness matters... I will get down on my knees and I will pray...

Lagu ini sendiri adalah untaian doa.
Untaian doa yang mengingatkan bahwa kita adalah mata dari Tuhan.
Untaian doa yang mampu membuat gw terlelap malam tadi.
Untaian doa yang akan selalu gw perdengarkan sampai ke dekade berikutnya. Amin.

03 Juni 2013

Harapan, Perjuangan, Putus Asa, Bangkit Kembali, dan Tercapainya Impian

Tulisan saya kutip dari situs http://indonesiamengglobal.com . Situs berbagi informasi dari pelajar Indonesia yang berjuang di luar negeri.

Seumur hidup gw baca tulisan tentang perjuangan meraih beasiswa, baru kali ini gw baca tulisan yang ada "ruh" di dalamnya. Gw turut empati dengan perjuangan penulis dalam meraih impiannya.

Tulisan di bawah ini saya kutip seizin dari penulisnya sendiri, mas Andri Taruna. Semoga tulisan ini dapat membuat kita semua lebih gigih lagi dalam meraih impian studi ke luar negeri.


SEBUAH JAWABAN: APAKAH BISA IPK DAN SKOR TOEFL RENDAH MENDAPATKAN BEASISWA KE LUAR NEGERI?

Tulisan saya ini ingin mencoba menjawab beberapa pertanyaan yang sering muncul di forum para pemburu beasiswa. IPK pas pasan (< 3.0)? Nilai TOEFL rendah? Mungkinkah anda mendapat beasiswa ke luar negeri? Jawaban saya adalah tentu saja mungkin. Mengapa saya berani membuat pernyataan seperti itu? karena saya punya bukti nyata, yaitu saya sendiri. Bagaimana caranya? akan saya coba tuliskan pada tulisan ini. Namun yang saya tuliskan disini adalah sebuah proses panjang perjuangan mendapatkan impian saya yang bukan proses “sekali jadi” namun akumulasi dari lebih dari 15 kali percobaan aplikasi selama 3 tahun berturut-turut. Tulisan ini tidak membahas tentang teknikal cara mendapat beasiswa namun lebih kepada memotivasi para rekan pemburu beasiswa bahwa semuanya mungkin jika anda berusaha…

Saya adalah salah satu lulusan “menengah ke bawah” yang dalam artian disini IPK-nya dibawah 3 dari Departemen Biologi IPB. TOEFL prediction pertama saya ketika lulus adalah 465. Pastinya banyak orang yang berasumsi bahwa mustahil dengan modal nilai rendah begini bisa dapat beasiswa. Bahkan mimpipun tidak pantas. Tapi masa depan anda bukanlah berasal dari pendapat negatif orang lain. Andalah penentu masa depan anda. Jika anda bertanya apa mimpi orang “pas-pasan” seperti saya ini setelah lulus, impian saya ada 2: menjadi peneliti sukses dibidang saya dan tentu saja mendapatkan beasiswa ke luar negeri.

Selang setahun dari kelulusan, Puji Tuhan saya diterima sebagai peneliti di salah satu institusi pemerintah. Itupun setelah tes CPNS sana sini (9 kali coba  di semua kementerian dan institusi riset yang ada formasi Biologi… dan hasilnya 8 gagal 1 diterima). Dari sini memang sudah terlihat bahwa saya ini termasuk ngotot kalau ingin mendapatkan sesuatu. Dari situ, saya mengabdi di Kalimantan Selatan sejak 2009. Sejak itulah saya mulai merealisasikan impian saya menjadi kenyataan. Tentu saja nilai TOEFL bisa ditingkatkan dengan belajar baik secara otodidak maupun melalui kursus. Tentu saja disini anda harus berkorban biaya dan waktu. Karena saya disana menyambi kerja mengajar setelah jam kantor karena gaji CPNS itu sangat minim sekali, dan konsekuensinya  waktu benar benar terkuras. Disana jarang ada lembaga kursus yang bagus untuk TOEFL,  jadi jika anda berada di kota-kota besar, bersyukurlah dan jangan mengeluh tidak ada waktu. Saya berusaha semampu saya belajar otodidak namun ternyata skor saya mentok di 520. Dengan modal skor TOEFL ini saya mendaftar ADS dan short course StuNed dan Pre-StuNed (khusus luar jawa dan sekarang programnya sudah tidak ada lagi) untuk pertama kalinya dan semuanya gagal. Sedih, kecewa, marah dan tentu saja saya hampir menyerah waktu itu, namun satu kalimat penyejuk yang datang dari sahabat saya yaitu di mana ada keinginan di situ ada jalan. Kalimat itu selalu mengingatkan saya dan saya terus berusaha semampu saya. Saya tidak punya pilihan lain selain terus berusaha atau hanya bermimpi saja.

Selang beberapa waktu kemudian saya dikenalkan oleh empunya tempat saya bekerja dengan salah satu dosen universitas negri Lambung Mangkurat yang notabene alumni ADS. Saya beranikan diri saya kursus privat dengan beliau dan setelah 3 bulan akhirnya skor saya menembus 550. Itu juga tesnya saya sempat-sempatkan di Jakarta sewaktu saya dinas ke sana. Beliau jugalah yang mengajarkan saya tips-tips tentang beasiswa terutama ADS. Serunya lagi salah satu dari kedua guru saya disana diterima beasiswa Fulbright dan akan berangkat ke AS semester depan… wajar saya, muridnya saja lolos pastinya gurunya pun lolos. Namun sekali lagi sebagai orang yang pas-pasan saya tidak memasang target alias saya daftar semua beasiswa yang tersedia di Indonesia. Di tahun 2010, saya coba semua beasiswa dalam dan luar negeri dari ADS, DAAD, NZ-Asean, Fulbright, StuNed, NFP, Monbukagakusho, VLIR-UOS, Erasmus Mundus, dan Bappenas. Hasilnya Nol besar. Satu tahun berlalu dengan kegagalan yang bertubi-tubi. Di sini akhirnya saya berada di posisi di mana kegagalan adalah biasa dan satu-satunya hal yang bisa saya lakukan adalah berusaha memperbaiki semua aplikasi mulai dari CV, essay, application form dan surat rekomendasi. Banyak blog para peraih beasiswa yang bisa anda baca di internet dan beliau-beliau itu orang baik dan pasti merespon pertanyaan anda jadi jangan sungkan untuk bertanya.

Satu hal positif yang saya tangkap dari pengalaman ini adalah bagaimana bijaksananya pimpinan kantor anda dan juga dosen pembimbing skripsi anda dulu dalam memberikan rekomendasi. Ingat, rekomendasi adalah faktor yang tak kalah penting dalam aplikasi anda. Puluhan surat rekomendasi yang saya minta belum berhasil menembus kerasnya seleksi beasiswa, namun mereka tetap menyemangati saya dan tanpa hentinya memberikan rekomendasi. Dosen pembimbing saya ini sudah saya anggap ibu saya sendiri. Beliau inilah yang menempa saya dulu, mengikuti Pekan Karya Mahasiswa Tingkat Nasional bersama rekan saya satu lab dan juga mengikuti satu seminar internasional untuk publikasi skripsi saya. Pengalaman ini juga menjadi tinta emas yang menutupi kekurangan saya dalam IPK. Pengalaman organisasi dan leadership juga menjadi pertimbangan dalam aplikasi anda, jadi berusalah bersosialisasi di kampus anda. Dan juga baik-baiklah anda terhadap pembimbing anda karena beliaulah yang akan menuliskan surat rekomendasi untuk anda. Tetap jaga komunikasi dengan beliau, mungkin di satu saat anda akan bekerjasama dengan beliau bukan sebagai pembimbing dan mahasiswa, namun sebagai kolega peneliti. Beliau pasti akan sangat bangga akan anda, dan tentu saja melihat ibu anda bahagia adalah kebahagiaan sendiri untuk anda. Di sisi lain, Kepala unit saya di kantor juga menasehati saya terus menerus. “Jangan menyerah nanti juga tembus”, kata beliau. Sungguh beliau-beliau ini adalah inspirasi saya untuk terus mencoba. Bahkan pada saat saya menyampaikan kegagalan saya, beliau hanya berkomentar, “OK, belajar dari kegagalan kamu lalu coba yang lain juga, ga usah dipikirin yang sudah gagal itu.”

Sambil terus memoles aplikasi saya, saya mencoba mengikuti tes TOEFL iBT dengan harapan jika saya mendapatkan skor yang cukup saya bisa memperluas aplikasi beasiswa tidak hanya terbatas pada kerjasama antar negara tapi juga bisa apply langsung di kampus tujuan (karena biasanya tiap kampus berskala internasional punya beasiswa sendiri untuk mahasiswa internasional). TOEFL iBT ini hanya bisa diakses di kota-kota besar, dan harganya mahal namun sekali lagi menurut saya pengorbanan itu diperlukan untuk mendapat hasil yang terbaik. Semua biaya dari tiket pesawat, voucher untuk tes, buku untuk belajar saya keluarkan dari kantong sendiri walau harus berhutang. Entah sudah berapa rupiah yang saya keluarkan untuk aplikasi saya, namun tidak satu rupiah pun yang saya sesali. Akhirnya nilai iBT itu pun keluar… berbekal belajar otodidak dan kursus privat hampir dua bulan lebih, puji syukur saya berhasil mendapatkan skor di atas 80. Permulaan yang bagus untuk aplikasi baru di tahun 2011 waktu itu. Sampai dengan bulan Juni 2011 saya kembali mendaftar beasiswa StuNed, NFP, ADS, Fulbright dan Monbukagakusho.

Ada hal baru yang saya lakukan kali ini: saya mencoba mendapatkan satu surat rekomendasi dari seorang guru besar IPB yang namanya sudah go international dan pernah mengajar satu mata kuliah saya dulu dan terus terang saya kagum sama beliau ini. Tentu saja awalnya saya ragu namun akhirnya email saya dibalas kurang dari 24 jam dan beliau meminta saya membuat draft surat rekomendasi tersebut. Selama ini pemahaman saya terhadap para petinggi ini adalah mereka sangat sibuk dan tidak mungkin mereka akan peduli terhadap lulusan pas-pasan seperti saya ini. Namun opini itu musnah ketika saya mendapatkan balasan dan dukungan yang sangat positif dari beliau. Sungguh memang tidak ada usaha yang sia-sia. Pada akhirnya untuk pertama kali dalam sejarah, saya mendapatkan email dari AMINEF perihal jadwal wawancara di Jakarta untuk beasiswa Fulbright… dan juga disaat yang hampir bersamaan saya mendapatkan email penolakan dari StuNed dan NFP.

Waktu itu saya sampai membaca undangan wawancara tiga kali untuk memastikan bahwa email itu bukanlah email penolakan. Tapi ternyata benar, itu email undangan wawancara. Walaupun ada 2 email penolakan, namun 1 email undangan ini menutupi semua kesedihan saya. Berbagai usaha saya lakukan untuk mendapatkan hasil yang terbaik, mulai dari menyusun “skenario” jawaban dan perkenalan diri sampai dengan penelitian yang sudah saya lakukan dan apa yang akan saya teliti sewaktu di AS. Wawancara kali ini memang menitikberatkan pada esai yang sudah kita buat dan juga resume. Untuk beasiswa Fulbright ini, kandidat master degree dipersyaratkan untuk membuat 2 esai yaitu personal statement dan study objective. Saya kira sudah banyak tulisan yang membahas bagaimana membuat esai yang sempurna untuk aplikasi beasiswa jadi saya tidak akan membahas hal ini lebih lanjut di sini. Satu hal yang menarik, pewawancara sama sekali tidak menanyakan perihal banyaknya nilai C di transkrip saya. Mereka lebih menekankan visi misi ke depan, prospek penelitian saya, kampus tujuan saya dan bagaimana saya akan kembali ke Indonesia tercinta dan menerapkan ilmu yang sudah akan saya dapatkan nantinya. Pada saat wawancara ada 4 orang pewawancara dan mereka punya bidang keahlian yang berbeda-beda sehingga anda harus mengunakan bahasa yang dapat dimengerti semua orang dan jika ada istilah yang spesifik usahakan menjelaskan apa artinya. Sewaktu ditanya perihal kampus tujuan di AS, kebetulan pada saat wawancara saya sudah ada dua target kampus di AS, satu rekomendasi dari dosen saya dan satu lagi adalah satu profesor yang banyak membantu skripsi saya waktu S1 dulu. Secara garis besar saya cukup percaya diri sewaktu wawancara kala itu dan yakin saya akan lanjut ke proses selanjutnya.

Waktu pun berlalu… sampai awal agustus 2011, belum ada pengumuman sama sekali perihal hasil wawancara beasiswa Fulbright tersebut. Saya sudah mendengar gosip bahwa ada berberapa temannya teman saya yang sudah dinyatakan lulus wawancara dan lanjut ke tahap berikutnya. Saking penasarannya saya pun memberanikan diri menelpon pihak AMINEF dan menanyakan hasil interview tersebut. Tentu saja perasaan saya kala itu sangat gugup dan terus terang saya takut akan hasil tersebut. Akhirnya saya menelpon dan saya menanyakan apakah hasil interview sudah keluar dan pihak AMINEF menjawab sudah. Tentu berikutnya saya menanyakan apakah nama saya ada di daftar kandidat, dan ternyata hasilnya nama saya tidak ada. Sungguh saat itu perasaan saya hancur lebur. Rasanya seperti menjadi pecundang yang terlantar. Saya berusaha berpikir positif karena di saat yang sama saya sedang proses beasiswa Bappenas dan saya pun percaya diri akan lolos ke tahap berikutnya.

Dua minggu kemudian pun saya mendapatkan pengumuman untuk beasiswa Bappenas dan saya dinyatakan gagal. September 2011 menjadi bulan kelabu untuk saya. Kekecewaan yang sangat dalam dan juga perasaan rendah diri karena kegagalan bertubi-tubi sangat mendera saya waktu itu. Saya sudah mencapai titik terendah dalam usaha saya mencapai impian saya. Saya berpikir cukup sekian usaha saya. Sepertinya hampir sebulan saya “cuek” dan menjalanin hidup apa adanya dengan kerjaan rutin di kantor. Nasehat para sahabat dekat saya agar saya tetap berusaha sepertinya hanya masuk telinga kiri dan keluar telinga kanan saja. Saya menjauh dari pergaulan dan berusaha menyendiri.
Sampailah saya di bulan oktober 2011, di mana saya kembali berani setidaknya mencoba bermimpi. Foto-foto teman saya yang sedang belajar di negeri orang kembali menggelitik naluri “scholarship hunter” saya. Saya putuskan kembali mencoba apply short-course untuk beasiswa StuNed walaupun hasil akhirnya adalah kegagalan pada saat itu. Selang seminggu kemudian, saya mendapatkan email dari AMINEF. Email yang cukup panjang, dan terus terang saya kurang paham apa isinya. Kala itu saya berpikir mungkin ini adalah email resmi penolakan dari Fulbright untuk beasiswa saya jadi saya cuekin saja karena siang itu kebetulan ada jadwal rapat di kantor. Ketika saya sedang rapat, ada telepon masuk ke HP saya. Saya lihat nomornya dari Jakarta, jadi saya keluar ruang rapat dan mengangkat telpon berikut. Ternyata yang menelpon saya adalah salah seorang staf dari AMINEF, dia mengabarkan kalau saya di terima sebagai alternate candidate Fulbright. Tentu saja saya kaget menerima berita tersebut. Walaupun setelah saya baca kembali email tersebut dengan detil, alternate candidate hanya diberangkatkan apabila ada dana tambahan dari Fulbright atau mungkin jika ada principal candidate yang mengundurkan diri. Terus terang saya masih takut kala itu dan sekaligus berapi-api mendapatkan beasiswa ini. Belakangan ini setelah saya bertanya-tanya saya baru tau bahwa ternyata setelah penolakan saya, pihak Fulbright mendapat jatah lebih. Jadi saya yang notabene adalah cadangannya cadangan ini berhak ikut seleksi lebih lanjut.

Ada satu cerita unik disini dimana saya diminta membuat ulang surat rekomendasi yang sebelumnya telah saya mintakan ke dosen pembimbing saya namun belum dalam format yang diminta AMINEF. Sedikit panik kala itu karena saya tau salah seorang profesor yang saya minta tanda tangannya ini sangat sibuk dan ketika saya email, beliau bilang akan pergi dinas ke luar kota dalam 2 hari jadi beliau menanyakan apakah saya bisa bertemu besok harinya di Jakarta untuk menandatangani surat tersebut (kala itu saya masih di kantor di Kalimantan Selatan dan besoknya masih hari kerja). Lalu bagaimana jawaban saya? tentu saja saya menyanggupi. Baru kali itu saya memesan tiket pesawat Banjarmasin-Jakarta PP untuk hari yang sama tanpa melihat harganya. Yang penting berangkat paling pagi dan pulang paling sore, lalu mengurus ijin satu hari kerja dari kantor. Hari itu benar-benar hari yang melelahkan, pagi-pagi buta ke Jakarta, lalu menemui profesor saya dan kembali ke kantor AMINEF untuk menyerahkan berkas dan kembali ke Banjarmasin. Profesor tersebut sempat bertanya kepada saya, “bukankah anda ini bekerja di luar Jawa?” Saya cuma tersenyum manis dan serasa seperti eksekutif muda yang berkunjung demi mendapatkan bisnis baru. Memang kalau menyangkut beasiswa, saya tidak pernah memeriksa isi rekening atau dompet sehingga tau-tau sudah ludes saja.

Untuk proses seleksi dari beasiswa Fulbright selanjutnya adalah tes TOEFL iBT dan GRE. Saya sudah sangat familiar untuk tes iBT namun GRE ini saya baru mendengar jadi saya putuskan untuk mencoba belajar dengan membeli beberapa buku. Sungguh melihat kosakatanya disana saja sudah membuat hati ini menangis tersedu-sedu. Skor kala itu jika ingin diterima di universitas di AS konon katanya 1000/1600. Saya langsung panik setengah mati, terlebih undangan dari AMINEFnya mengharuskan saya tes iBT dan GRE dalam dua hari berturut-turut. Terakhir saya tes iBT saja pulangnya sudah lemas terkulai tak berdaya, bagaimana caranya saya bisa melanjutkan tes GRE keesokan harinya? Waktu itu saya diberi waktu 3 minggu sebelum tes. Di Kalimantan Selatan tidak ada 1 lembaga apapun yang menyediakan kursus GRE dan alumni AS yang saya tanya pun hanya berkomentar, “baca baca saja bukunya”.

Perlu saya ingatkan, saya ini bukan orang yang pintar, apalagi jenius… saya ini hanyalah orang yang “ngeyel” dan susah disuruh menyerah apalagi menyangkut impian saya. Entah kenapa ada saja jalan yang diberikan oleh sang Kuasa kepada saya. Pada saat itu saya ditugaskan oleh kantor untuk mengikuti diklat di Jakarta. Saya melihat ini sebagai kesempatan mencari “guru” untuk belajar. Setelah mengubek internet akhirnya saya menemukan beberapa institusi yang menawarkan jasa untuk kursus GRE namun waktunya tidak cocok karena dari pagi sampai sore saya ada training dan rata-rata tempatnya agak jauh dan dengan kondisi lalu lintas Jakarta setelah jam pulang kantor, hal tersebut menjadi mustahil untuk saya. Namun, setelah penyelidikan lebih dalam saya menemukan seorang native speaker yang memberikan private lesson. Tanpa berpikir biaya yang akan dikeluarkan saya memutuskan untuk les privat GRE. Saya melakukan semua hal ini semata-mata karena saya merasa bodoh dan baru dengan tes tersebut dan saya tidak akan mempertaruhkan impian saya dengan mencoba-coba, jadi apapun yang saya bisa lakukan walau harus banyak berkorban akan saya jalani. Dua minggu itu adalah dua minggu yang terberat dalam usaha saya mendapatkan beasiswa. Saya menjalani training selama dua minggu dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore dan dilanjutkan les privat dari jam 7 sore sampai hampir tengah malam. Tiap hari senin-jumat dan sabtu minggunya saya juga les dari pagi sampai sore. Semuanya demi GRE. Sungguh saya sampai salut dengan diri saya sendiri kala itu bagaimana saya bisa belajar seserius itu karena saat kuliah S1 dulu saya ini terkenal malas. Bahkan guru GRE saya juga sampai geleng-geleng kepala kewalahan meladeni keinginan belajar saya.
Akhirnya tes pun dimulai dan hasilnya GRE langsung keluar. Puji Tuhan sesuai target, dan TOEFLnya pun di atas 85. Namun ternyata AMINEF kurang puas, saya mendapat email untuk mengulang kedua tes tersebut. Benar benar luar biasa. Dalam dua bulan, saya menjalani empat tes kemampuan bahasa Inggris yang sangat sulit. Tapi Puji Tuhan lolos semuanya. Perjuangan meraih pendidikan di AS dilanjutkan dengan proses aplikasi ke pihak universitas. Sebelum saya mendapatkan LoA, tetap saja saya tidak akan bisa berangkat ke AS.

Akhirnya 2011 pun berlalu dan 2012 pun datang. Bulan-bulan awal dari Januari sampai April saya hanya bisa pasrah menunggu jawaban dari pihak universitas yang saya tuju. Kala itu saya mendaftar ke Michigan State University, University of California Davis, University of Arizona, dan Syracuse University. Surat pertama yang saya dapatkan adalah surat penolakan dari Michigan State University yang bertuliskan bahwa pihak universitas tidak yakin bahwa saya sanggup menempuh pendidikan di sana. Saya pasrah saja, karena memang dari segi nilai saya pas-pasan. Di kala itu, IIE meminta saya mengontak langsung profesor di Arizona. Puji Tuhan dari lima profesor yang saya hubungi, ada satu orang yang bersedia menampung saya dan empat lainnya menolak saya. Namun perjuangan belum berakhir. Dari aplikasi online saya belum mendapat jawaban dari pihak universitas. Saya berusaha menemukan mahasiswa Indonesia di Arizona untuk membantu saya dan disanalah saya bertemu dengan mbak Sidrotun Naim yang kebetulan adalah mahasiswi PhD dan satu jurusan dengan saya. Tanpa beliau, saya pasti sudah ditolak dari Arizona. Ternyata pihak universitas masih ragu dengan status “alternate candidate” dan juga ternyata saya membuat kesalahan dalam pengisian aplikasi online. Akhirnya mbak Sidrotun Naim inilah yang mendatangi pihak departemen dan menjelaskan status Fulbright saya dan meminta saya mengirimkan ulang aplikasi saya. Kala itu saya mendapatkan LoA dari pihak Syracuse denganshortfall sebesar $500. Saya belum membuat keputusan kala itu jadi status saya masih mengambang.

April 2012, saya mendapatkan email dari pihak Ghent University terkait dengan aplikasi beasiswa VLIR-UOS saya ke Belgia. Saya baru ingat kalau saya juga mendaftar beasiswa tersebut Desember 2011. Karena status yang belum pasti untuk beasiswa Fulbright saya putuskan tetap menjalani proses interview beasiswa VLIR-UOS ini. Namun mereka meminta jadwal interview ketika saya sedang dinas di Jogjakarta, dan tentu saja saya memerlukan koneksi internet dengan bandwidth yang besar untuk interview melalui Skype. Waktu itu saya bingung bukan kepalang. Saya minta pihak hotel untuk menyewa satu ruangan dengan high speed internet connection dan harganya sangat tidak realistis. Maka solusi kala itu adalah warnet atau kafe yang menyediakan wifi dengan kecepatan tinggi. Di dekat tempat saya menginap saya menemukan sebuah kafe yang menyediakan fasilitas wifi kecepatan tinggi dan sewaktu saya tes ber-skype ketika sendirian di kafe hasilnya cukup memuaskan. Namun, waktu interviewnya adalah peak time pelanggan datang sore hari. Tanpa berpikir panjang saya putuskan untuk mem“booking” satu lantai di kafe selama dua jam. Manager tempat tersebut sempat bingung dan kaget namun akhirnya bertanya ke ownernya dan mereka setuju. Tentu saja harganya jauh lebih ekonomis dibandingkan sewa ruangan di hotel. Sebelum berangkat ke AS pun saya berterima kasih kepada mereka dengan menelpon dan pihak kafe pun menyatakan selamat kepada saya. Nanti ketika saya kembali ke Indonesia dan sempat main ke Jogja, maka kafe inilah tempat pertama yang akan saya kunjungi. Saya masih ingat tempat saya “mojok” ketika interview berlangsung. Interview yang luar biasa, pertanyaan mereka sungguh detil dan visioner. Kala itu saya berada di posisi 30% dan untuk mendapatkan beasiswa saya harus berada di posisi 10% teratas. Pengumuman beasiswa ini akan dilakukan pada bulan Juni 2012. Mari kita lupakan dulu VLIR-UOS ini dan fokus ke beasiswa Fulbright.

Atas bantuan mbak Sidrotun Naim, saya mendapatkan LoA dari Universitas of Arizona dan akhirnya menerima undangan Fulbright Pre-Departure meeting di Lombok dari AMINEF. Status saya naik menjadi principal candidate dan dipastikan berangkat ke AS walaupun kala itu kampus tujuannya masih TBD (To be Determined). Ketika mendapatkan berita tersebut, sungguh gembira hati saya… tidak dapat diungkapkan dengan kata kata lagi. Jiwa raga saya berteriak kegirangan!!! Perjuangan tiga tahun lebih terbayar sudah… 16 kali kegagalan akhirnya ditutupi dengan 1 keberhasilan. Mungkin jika saya berhenti dan menyerah pada percobaan ke 10, 11 atau ke 12 maka hanya sampai disanalah saya… tidak akan menemukan keberhasilan yang kala itu masih berada di pintu jalan yang lain. Pada saat Pre-Departure pun saya bertemu dengan kandidat Fulbright yang lain. Mereka adalah pribadi yang sungguh luar biasa. Mereka adalah teman, sahabat dan keluarga saya sekarang. Sungguh kebanggaan bagi saya menjadi salah seorang kandidat. Ada satu momen bahagia lagi: saat sudah mendapatkan Term of Agreement (kontrak dari fulbright) untuk mendapatkan pre academic program di California Davis (salah satu kampus yang menolak saya), saya mendapatkan satu email dari pihak VLIR-UOS dan Ghent University yang menyatakan bahwa saya diterima beasiswa master di Belgia selama dua tahun dan saya diminta segera membuat passport dan apply Visa ke Belgia.

Perasaan saya kala itu sungguh tidak dapat diungkapkan dengan kata kata. Seseorang dengan IPK DIBAWAH 3 dan nilai TOEFL perdana hanya 465 bisa mendapatkan 2 beasiswa master degree ke luar negeri, impian saya tercapai dan justru saat itu saya malah kebingungan memilih karena kedua universitas adalah kampus yang terkenal dengan Environmental Science-nya dan publikasi risetnya sudah mendunia. Setelah bergumul, bertanya ke sana kemari dan membandingkan keduanya saya memilih belajar ke Universitas of Arizona. Namun perlu diingat, perjuangan ini belum selesai…. Sebagai manusia biasa yang kala itu baru pertama ke luar negeri dan belajar dalam bahasa inggris, tantangan itu masih sangat besar. Saya akan mencoba menuliskan hal tersebut pada tulisan lain, namun pesan saya disini untuk para pemburu beasiswa SEMUANYA ITU MUNGKIN!!! JANGAN PERNAH ANDA MENYERAH!!! LAKUKAN SEMUA YANG ANDA BISA!!! BEASISWA itu bukan mutlak milik orang JENIUS, tapi juga bagi orang yang terus BERUSAHA dan PANTANG MENYERAH!! Jangan pernah anda membatasi usaha anda untuk mencapai usaha anda. Materi itu bisa dicari kemudian, namun kesempatan beasiswa ke luar negeri mungkin hanya akan datang sekali seumur hidup. Penyesalan selalu datang kemudian, maka jangan pernah anda sesali apa yang anda tidak lakukan pada kehidupan anda sekarang. Bagi saya sekarang, impian saya adalah segalanya dan saya sekarang sedang berjalan di atasnya. Bagaimana dengan anda??

Andri Taruna Rachmadi
Soil, Water and Environmental Science
University of Arizona
andri.taruna@gmail.com

02 Juni 2013

Romansa Musik Indonesia 90an: Dan Senyumlah


Disana kau berdiri dalam bayang kelabu mengharapkan dia kembali.. hoouwoo
Namun kau 'kan sadari segera atau nanti, semua tinggal indah kenangannn....

Ya, gw memang terjebak di era 90an.
Gw menganggap gw tumbuh besar di Jakarta pada era yang tepat.
Tontonan berkualitas, Musik berkualitas, dll

Di antara banyak karya lagu 90an di Indonesia, lagu "Dan Senyumlah" dari Sinikini rasanya salah satu karya yang magis atmosfernya bagi gw.
Ketika mendengar lagu ini, gw benar-benar ditarik lagi ke masa 90an.

Dengarkan sejenak intro-nya... alunan musiknya...
Kemudian ketika memahami liriknya...
Lagu ini adalah sebuah oase bagi pribadi yang baru saja ditinggal kekasihnya..

Lagu untuk move on... As simple as that.

Lagu ini terpatri abadi di dalam hati gw.
Banyak lagu indah Indonesia di 90an yang abadi.
"Dan Senyumlah" pasti akan abadi di dalam diri gw.
Aura mistik 90an-nya, liriknya yang positif.

Sinikini sungguhlah cendera mata dari abad 20.
Nikmatilah lagu ini, rasakan magisnya 90an.

30 Mei 2013

3 Hari Untuk Selamanya

Dengan meminjam judul salah satu film Indonesia karya Riri Riza, gw akan bercerita 3 hari teraktual yang gw alami. Tepatnya tanggal 27 - 29 Mei 2013.

Kenapa bisa menjadi 3 Hari Untuk Selamanya? Bagi gw 3 hari tersebut dampaknya besar untuk personal pengembangan diri dalam berbagai level.

Awalnya gw menerima email yang isinya menurut gw absurd. Isinya seperti ini:

"Hello, I got your very impressive CV from our staff saying you might be available for working for XYZ as a temp"

-komentar:
  • CV gw very impressive? Its an absolute joke! Dude, Seriously... "Very impressive" ini akan gw jadikan lawakan seumur hidup!
  • XYZ merupakan institusi dari salah seorang lulusan TI dengan IPK terbaik di angkatan 2005. Bergerak di bidang manajemen konsultan. Silakan ditebak-tebak
  • Sepengetahuan orang awam macem gw, posisi Temp ini pun yang bisa masuk orang dengan IPK superior + Pengalaman kerja superior. Lha gw?????

Saking banyaknya waktu luang, gw ambil saja kesempatan ini. Gw pengen tau gimana sih rasanya kerja di salah satu kantor dengan reputasi besar di dunia ini? Lebih tepatnya, bagaimana sih rasanya "bekerja". Well, karena apa itu artinya bekerja, gw sampai sekarang masih belum tau...

Di awal hari Senin, berangkatlah gw lebih pagi dari biasanya ke luar rumah. Dengan kemeja & celana bahan. Tentu, bukan gw banget. Sampailah gw di kantor XYZ di bilangan jalan Sudirman sekitar jam 8.30. Prosedur standar menukar KTP dengan Visitor Card, kemudian menuju lantai 19 dan.......... belum ada concierge yang berjaga di pintu depan kantor! Gw datang agak kepagian, sampai akhirnya ada seseorang pekerja yang keluar dan dengan sangat baik serta ramah mau mengantar gw ketemu dengan user yang mengirim email "Very Impressive" ke gw.

C, sebut saja begitu, dia memperkenal dirinya. Berasal dari tanah kelahiran  Bérénice Marlohe. Secara fisik, gw mengkategorikan C ini tergolong good looking. Bisa dibilang manis... Yaaa, selera....
Miss Marlohe, someday I really hope to be your employee... or maybe  your FWB :p
Akhirnya dimulailah pekerjaan ini, mencari data produk Micro Finance di beragam bank di Indonesia. Ini kerjaan mudah. Cari data di Internet, jika data tidak ada maka telepon bank tersebut, ulangi sampai ketemu data dari 100 ++ bank. Untuk apakah data tersebut pada akhirnya? Konon informasi ini akan digunakan klien untuk menembus celah pasar di micro finance. Konon kabarnya lho....

-komentar:
  • walau ini kerjaan mudah, tetapi tiap hari pekerjaan ini bisa memakan waktu 12 jam. Di depan komputer, internetan, menelpon bank.... jadi kudu detil dan teliti. Pekerjaan menelpon bank juga membutuhkan kesabaran. Apalagi menelpon beberapa bank yang kurang eksis. Ada kecenderungan mereka tidak memberikan informasi dan tidak kooperatif dalam berkomunikasi.
  • Micro Finance itu istilah yang awalnya asing bagi gw... Sampai akhirnya dalam waktu 3 hari gw jadi sedikit mengerti tentang produk kredit ini. Intinya adalah produk kredit yang disediakan bank serta diperuntukkan untuk keperluan modal kerja usaha kecil dan menengah, dengan suku bunga yang cukup bersaing. Nilai pinjaman berkisar dari 1 juta - 50 / 100 / 500 juta dengan agunan.. tergantung kebijakan bank.
  • Perasaan bekerja 3 hari di XYZ? Luar biasa. Irama kerja gw terbentuk lagi dengan baik.

3 Hari Untuk Selamanya ini gw jadikan pedoman untuk menatap masa depan.

Hal paling mendasar adalah kepercayaan diri gw menjadi luar biasa bangkit saat ini. Come on dude, XYZ memanggil gw untuk kesempatan kayak gini itu luar biasa untuk orang dengan latar belakang seperti gw. Masih gak habis pikir gw...

Hal paling utama adalah gw bisa mengetahui bagaimana pola kerja para profesional, cara mereka mendelegasikan tugas, etika kerja yang ditunjukkan, irama kerja yang cepat. Tentu saja sebagai temp, ekspektasi yang diharapkan tidaklah berlebih. Tetapi ketika mendapatkan penilaian di hari akhir, tentu saja gw sangat senang dengan masukan yang diberikan oleh C.

Gw harus lebih teliti dalam memilah data.

Di hari terakhir, gw berbincang dengan sahabat saya yang bekerja hampir 2 tahun di XYZ. Kami ngobrol panjang lebar seperti dulu ketika masih kuliah. Dari Sang Pencipta, Indonesia, Pribadi Lepas Pribadi... Jiwa kami yang terdalam.

Kami semua berproses selama 2 tahun ini. Kami semua mempunyai kegelisahan masing-masing. Pembicaraan yang hebat. Ditemani draught beer, pork knuckle, dan juga foie gras. Sempurna.

Seperti halnya gw tidak menduga akan dipanggil XYZ, gw juga tidak akan bisa menduga apa yang akan terjadi ke depannya akan diri gw. Dipikir pikir, siapa gw ampe pernah bisa dipanggil XYZ... Dengan dasar itulah pula gw juga yakin, pasti ada yang telah diatur sedemikian rupa oleh Dia hingga gw bisa mendapat privelege ini. Pengalaman ini demikian berharga bagi gw.

3 hari ini memang melelahkan, gw kagum dengan sahabat gw yang sudah kerja di waktu yang lama di XYZ.
3 hari ini memang menumbuhkan kembali kerinduan gw sebagai seorang Industrial Engineer.
3 hari ini mengembalikan eksistensi gw sebagai seorang human being yang mempunyai rasa.

KepadaNya, gw bersyukur atas kesempatan 3 hari untuk selamanya.
Gw menunggu hal-hal ajaib yang akan terjadi pada gw ke depannya.. 
Tentu dengan penuh rasa kegelisahan dan was-was yang selalu gw pendam di hati yang menjadi penuh dengan kepercayaan.

Somehow, hidup sedang indah bagi gw saat ini.






23 April 2013

Tempting Heart: Romansa di Getirnya Perenungan

Gw bangun di pagi buta hari ini.

Sengaja, untuk melihat Robin Van Persie mencetak 3 gol ke gawang Aston Villa. Memastikan gelar juara Liga Inggris yang ke-20 kali bagi Manchester United.

Tidak sengaja, untuk melihat Tempting Heart ditayangkan di Celestial Movies. Membuat pagi ini penuh perenungan serta memicu gw untuk menulis di blog karena ada rasa amat kuat yang tertinggal di dalam diri gw paska menonton film ini.

Tempting Heart adalah sebuah film cinta yang diproduksi di Hong Kong pada tahun 1999. Diperankan oleh Takeshi Kaneshiro dan Gigi Leung sebagai pasangan yang dimabuk asmara di usia muda mereka, kemudian konflik membuat mereka berpisah.
Standard kisah cinta? Tentu saja.
Lalu apa istimewanya film ini?



Bagi gw, esensi film Tempting Heart amatlah personal artinya.
Gw pernah nonton film ini sekitar 4 tahun lalu ketika gw masih kuliah di Bandung. Kala itu, gw berkata ke diri pribadi bahwa film ini menyentuh hati gw. Kemudian ketika gw menonton lagi hari ini, gw menangis...
Ya, gw gak malu untuk mengakui bahwa ada momen-momen di dalam film ini yang membuat gw termenung di kamar.

Entah itu karena chemistry yang kuat dari kedua pemeran beserta direksi yang hebat dari sang sutradara.
Entah itu karena gw turut berkontemplasi ke dalam kisah masa lalu gw.

Tentu tidak mirip dengan kisah film ini.
Akan tetapi, sesuai dengan tagline film ini:

It's the love we've lost that haunts us.
Itulah getirnya film ini.
Itulah getirnya gw sebagai manusia yang merasa ada koneksi instan yang terbentuk ketika gw menonton film ini.

Gw tersentuh, karena sekali lagi sebuah film berhasil membuktikan ke gw bahwa sebuah karya seni dapat membawa jiwa gw mengarungi pengalaman-pengalaman gw di masa lalu, saat ini, serta kemungkinan yang akan terjadi di depannya.

Gw tidak akan menye-menye mengenai detil dari ini. Sama seperti pesan 1/3 bagian akhir dari film Tempting Heart yang gw interpretasikan, hidup manusia pada akhirnya akan berjalan terus. Seiring manusia bertumbuh dewasa, pengalaman yang tersisa di masa lalu membuat manusia itu lebih utuh sebagai makhluk hidup yang jauh di lubuk hatinya merindukan cinta. Cinta yang maknanya teramat luas. Ikhlas...

Menonton Tempting Heart pagi ini, membuat film ini rasanya menjadi baru maknanya bagi gw. Lebih besar maknanya dibandingkan ketika gw baru menonton untuk pertama kalinya 4 tahun lalu.
Membuat gw perlu membagikan rasa ini melalui tulisan.
Membuat gw kembali menggali ke dalam diri gw untuk memaknai rasa cinta dengan lebih dalam lagi.
Membuat gw meresapi lagi apa artinya kehilangan.... apa artinya dihantui... apa artinya bangkit... apa artinya menatap masa depan... apa artinya romansa...


Jakarta, 23 April 2013



*ditulis kala tropi ke 20 Manchester United di Liga Inggris diraih melalui perjuangan yang hebat selama semusim serta kala perjuangan mengarungi "tropi" kehidupan masih menunjukkan jalan yang teramat terjal nan membingungkan....

09 April 2013

Menyirami hati nuraniku yang kering...

Janggal juga rasanya ketika isi blog saya akhir-akhir ini hanya berkutat pada tulisannya Pak Gede Prama. Barangkali, ini merupakan bentuk kelemahan saya menghadapi karma dunia yang berputar mengelilingi belakangan ini. Rasanya terombang ambing antara realita kontra konsep yang ditawarkan Pak Gede Prama sebelumnya yang mengatakan "sedang dihaluskan".

Saya mencoba untuk terus berpikir positif, dan pemikiran positif ini dapat dipicu oleh tulisan-tulisan dari Pak Gede Prama. Tulisannya Beliau dapat diikuti di blog gedeprama.blogdetik.com dimana setiap hari Jumat selalu ada tulisan terbaru dari Beliau. Berkenaan dengan tulisan Beliau, di post blog ini saya ingin mengutip beberapa komentar yang beliau tuliskan untuk menjawab pertanyaan dari pembaca. Menurut saya pribadi, komentar dari Beliau ini sangat "pas" kadarnya bagi saya. Mungkin juga disebabkan para pembaca menanyakan pertanyaan yang membuat mereka bingung (seperti diri saya yang juga senantiasa dilanda kebingungan akan hidup ;p) pertanyaan yang sebenarnya bisa jadi adalah pertanyaan yang mendasar bagi kehidupan manusia tetapi dianggap remeh jawabannya bagi banyak manusia.

Tentu komentar dari Pak Gede Prama akan dibalikkan lagi interpretasinya ke masing-masing individu yang membaca tulisan Beliau. Untuk saya pribadi, tulisan Beliau sifatnya mampu menyirami hati saya yang kering... Walau sebentar menyirami, saya berusaha untuk tidak menutup hati saya dan juga mampu menerapkan esensi dari komentar Beliau di dalam kehidupan saya sehari-hari. Selamat membaca sedikit kompilasi dari komentar Beliau yang saya ambil dari tulisan di sepanjang tahun 2013 :)

"Seperti menyirami taman jiwa, teruskan rawat, sirami, sayangi taman jiwanya dg meditasi:) w/ compassion"

"akar banyak penderitaan karena ruang2 pikiran kita sempit. Mirip cangkir sempit, sedikit saja ada gerakan sendok, maka ada bunyi gemerincing. Hal yg sama terjadi dg orang2 yg belum disentuh meditasi. Mudah marah, tersinggung, sakit hati. Meditasi memfokuskan diri pada kegiatan “menyaksikan tanpa menghakimi”. Akibatnya, ruang2 pikiran tambah lama tambah luas. Sampai suatu hari bisa seluas ruang. Keadaan pikiran seluas ruang inilah mirip dg apa yg Anda sebut tanpa ego. :) w/ compassion"

"menjadi tua itu tidak sederhana. Ada sejumlah faktor yg membuat seseorang yg menua menjadi demikian problematik bagi orang2 dekat: takut mati, badan menua mulai sakit2an, post power syndrome, emosi labil, dll. Sehingga sarannya kemudian, hadiah terbaik buat ayah Anda adalah “pengertian”. Mengerti bahwa kita semua menderita, kita semua mau bahagia. Dg bekal “mengerti” ini lebih mudah toleran ke ayah. Saran lain, lihatlah ayah sebagai Guru Anda yg terus menyempurnakan Anda tidak saja melalui kasih sayangnya tapi juga melalui kemarahannya. Utk diingat baik2, kita semua berhutang banyak ke orang tua. Dan saat orang tua menua, itulah kesempatan emas utk membayar balik utang2 kita kendati tidak mungkin membayar semua utang ke orang tua. Terakhir, ketidakcocokan dg ayah adalah sebuah masukan bahwa ada toleransi, kasih sayang di dalam sini yg perlu diperbaiki. :) w/ compassion"

"tidak ada hal di alam ini yg tdk membawa makna dan bimbingan, termasuk seks. Catatannya kemudian, seks menyimpan rahasia yg hrs dirahasiakan. Makanya di nyaris semua tradisi hubungan suami istri dilakukan ditempat tertututp dan rahasia. Soal disadari, tentu saja mesti disadari. Dan bagi orang biasa energi seks lebih tinggi dr energi kesadaran. Bagi praktisi kesadaran tingkat tinggi sebaliknya, energi kesadaran lebih tinggi dr energi seks. Maaf, tdk banyak yg boleh dijelaskan soal seks. Wlayah2 rhs. :) w/ compassion" --> ini wilayah rahasia yang mesti saya gali sampai dalam 8-)

"doa terbaik utk buah hati yg berada ditempat jauh adl doakan agar ia bahagia bebas derita, berguna bagi semua."

"orang2 menyakiti tdk lahir utk menghambat perjalanan spiritual kita. Sebaliknya, ibarat amplas merekalah yg menghaluskan kualitas batin kita. Tidak mungkin menjadi halus tanpa disakiti. Untuk itu, anda sdh benar diam saja, tapi bukan diam yg memancarkan dendam, tapi diam yg memancarkan kasih sayang. Caranya, orang2 pemarah/pendendam sesungguhnya sangat menderita di dalamnya. Ibarat bayi menangis, mereka tidak memerlukan cubitan kita, mereka memerlukan pelukan2 lembut kita. Utk dicatat baik2, di zaman kita bahkan nabi pun dihaluskan melalui rasa sakit. :) w/ compassion" --> ini yang paling dalam dan entah kenapa bagi saya pribadi yang paling berat untuk dihadapi.. saya masih berpikiran sempit :(

"kapan saja kerinduan mendalam terhadap Guru muncul, laksanakan compassion pada setiap mahluk yg dijumpai saat itu. Entah merapikan tanaman, memberi makan pada kucing yg lewat, menyebrangkan orang buta di pinggir jalan, menyayangi anak2, dan banyak lagi yg lain. Ada rahasia di balik cinta kasih yg dikirim alam rahasia utk kita. Bagus kalau mendalami pesan2 yg dikirim di twitter (@gede_prama) krn ada banyak rahasia yg disembunyikan di sana. :)w/ compassion"

yang terakhir untuk post ini, saya quote yang paling ultimate:

"semua buku suci lahir utk menjawab tantangan zaman saat itu. Begitu zamannya berlalu, tantangannya berbeda, maka kita memerlukan pedoman2 berbeda juga. Belajarlah utk tidak terlalu digenggam oleh buku suci. Terutama karena semua buku suci berumur tua, dan yg paling penting sudah diterjemahkan oleh banyak orang dengan banyak kepentingan. Ditingkatan seperti Mahatma Gandhi, seseorang diperbolehkan menjadi otentik (baca: tidak kaku dg buku suci, mengambil langkah sesuai dg panggilan nurani saat ini). Anda benar, kesempurnaan (dlm bahasa Anda rta) bukanlah keadaan tanpa cela, kesempurnaan adalah kemampuan utk tersenyum pd setiap putaran karma yg datang di saat ini, kemudian melakukan panggilan kita masing2 sesuai dg panggilan nurani masing2. :) w/ compassion"





27 Januari 2013

Masih malas?

"mengobati rasa malas tatkala mau meditasi, ada lima hal yang layak direnungkan. 
Pertama, bergumamlah saya pasti menua. 
Kedua, saya pasti sakit2an tatkala tua. 
Ketiga, saya pasti mati. 
Keempat, barang dan orang yang saya sayangi pasti berubah. 
Kelima, satu2nya kekayaan tersisa bernama perbuatan baik (karma). 
Di permukaan kelihatannya renungan2 ini pasif sekali, tapi sejujurnya memang demikianlah kehidupan. Renungan2 ini amat membantu agar kita tidak melekat, kemudian mengalir dengan setiap putaran karma yang datang. 
Dan keadaan mengalir sempurna dg setiap putaran karma yg datang itulah salah satu ciri penting pencerahan. 
Dan soal tabungan karma, tidak ada karma baik yang lebih tinggi dari karma baik yang bisa kita capai dengan mengalami pencerahan."

Gede Prama, 2013

Semoga kita semua dan dalam hal ini gw pribadi jangan terus jadi orang yg malas!
Keep the spirit alive :)

15 Januari 2013

Enlightened

"Didit, saya berempati dengan apa yg Anda alami, sekaligus kagum karena penderitaan sudah membawa Anda menyelam demikian dalam ke dalam “kurikulum kehidupan”. Teruskan pertumbuhan mas Didit,karena itu satu2 nya alasan kenapa kita ada disini. Soal sakit, sulit,itu bagian dari pertumbuhan itu sendiri. Meminjam penemuan sejarawan agama terkemuka Karen Armstrong, di zaman keemasan dulu, sejumlah nabi dengan mudah melihat Tuhan (Abraham makan semeja dengan Tuhan, Musa bercakap2 dg Tuhan, Arjuna berdialog dengan Tuhan), tapi di zaman kapak ini, semua nabi dihaluskan dengan penderitaan (Mahatma Gandhi ditembak, Yesus disalib, Nelson Mandela dipenjara 27tahun). Untukitu, berterimakasihlah pada penderitaan karena Anda sedang dihaluskan. Bagus bila Anda bisa ikut meditasi bersama saya nanti. Lihat jadwal meditasi. :) w/ compassion"

1. Gw gak menyangka seorang luar biasa seperti Pak Gede Prama akan menanggapi secara personal akan kegelisahan gw
2. Gw gak menyangka akan mendapat respons "kagum" dari beliau
3. Gw mencoba memaknai pertumbuhan dan penghalusan dengan lebih dalam dan dalam lagi
4. Gw akan coba meditasi, semoga di akhir tahun ini gw berkesempatan untuk meditasi langsung dengan Pak  Prama di Buleleng, Bali.


Langkah lainnya dari kurikulum kehidupan yang mulai terjawab sedikit demi sedikit...
Ya, karena itulah alasan kita ada disini.

Terima kasih atas pencerahannya Pak Gede Prama, saya sungguh belajar banyak melalui Anda.

08 Januari 2013

Lebenslangerschicksalsschatz




There is a word in German:
Lebenslangerschicksalsschatz
And the closest
translation would be...

"Lifelong Treasure of Destiny."

And Victoria is wunderbar
but she is not my
Lebenslangerschicksalsschatz.

She is my
Beinaheleidenschaftsgegenstand,

you know?

You know wunderbar

but you don't know
Beinaheleidenschaftsgegenstand?

That is something we
learn in kindergarten.

I'm sorry, "kindergarten"
is the German word for--

No, no, I know that one.


Oh, okay.
But you don't know
Beinaheleidenschaftsgegenstand?
You are maddeningly
inconsistent!

It means...


"the thing that is almost
the thing that you want...

...but it's not quite."

Das ist Victoria to me.

How do you know she's not
Lebenslangerschicksalsschatz?
I mean, maybe as the years
go by, she'll get
Lebenslangerschicksalsschatz
-ier.


Oh, nein, nein, nein.

Lebenslangerschicksalsschatz
is not something
that develops over time.
It is something that
happens instantaneously.
It courses through you
like the water of a river
after a storm...
...filling you and emptying
you all at once.
You feel it
throughout your body...
In your hands...
in your heart...
in your stomach...
...in your skin...

Of course you feel it in your
Schlauchmachendejungen.

Pardon my French.

Have you ever felt
this way about someone?

Yeah, I think so.

If you have to think about it,
you have not felt it.

And you're absolutely sure
you'll find that someday?

Of course.
Everyone does eventually.
You just never
know when or where.


* **

This is a tribute for one of the greatest scene ever been played in HIMYM series.
Heartwarming dialogue between the main character (Ted Mosby) and the man who should  be tying a knot with Ted's lover (Klaus). Its kind of a deep reflection about certain feeling that every human should be sense in their soul when they looking for the special one in their life and of course Band of Horses nailed this scene with their poignant song: The Funeral.

The last line , ironically, is also a question that will live in my head for a long time until I've find mine.
Surely, this is a teasing question for you too: Did you find your Lebenslangerschicksalsschatz yet?