09 April 2013

Menyirami hati nuraniku yang kering...

Janggal juga rasanya ketika isi blog saya akhir-akhir ini hanya berkutat pada tulisannya Pak Gede Prama. Barangkali, ini merupakan bentuk kelemahan saya menghadapi karma dunia yang berputar mengelilingi belakangan ini. Rasanya terombang ambing antara realita kontra konsep yang ditawarkan Pak Gede Prama sebelumnya yang mengatakan "sedang dihaluskan".

Saya mencoba untuk terus berpikir positif, dan pemikiran positif ini dapat dipicu oleh tulisan-tulisan dari Pak Gede Prama. Tulisannya Beliau dapat diikuti di blog gedeprama.blogdetik.com dimana setiap hari Jumat selalu ada tulisan terbaru dari Beliau. Berkenaan dengan tulisan Beliau, di post blog ini saya ingin mengutip beberapa komentar yang beliau tuliskan untuk menjawab pertanyaan dari pembaca. Menurut saya pribadi, komentar dari Beliau ini sangat "pas" kadarnya bagi saya. Mungkin juga disebabkan para pembaca menanyakan pertanyaan yang membuat mereka bingung (seperti diri saya yang juga senantiasa dilanda kebingungan akan hidup ;p) pertanyaan yang sebenarnya bisa jadi adalah pertanyaan yang mendasar bagi kehidupan manusia tetapi dianggap remeh jawabannya bagi banyak manusia.

Tentu komentar dari Pak Gede Prama akan dibalikkan lagi interpretasinya ke masing-masing individu yang membaca tulisan Beliau. Untuk saya pribadi, tulisan Beliau sifatnya mampu menyirami hati saya yang kering... Walau sebentar menyirami, saya berusaha untuk tidak menutup hati saya dan juga mampu menerapkan esensi dari komentar Beliau di dalam kehidupan saya sehari-hari. Selamat membaca sedikit kompilasi dari komentar Beliau yang saya ambil dari tulisan di sepanjang tahun 2013 :)

"Seperti menyirami taman jiwa, teruskan rawat, sirami, sayangi taman jiwanya dg meditasi:) w/ compassion"

"akar banyak penderitaan karena ruang2 pikiran kita sempit. Mirip cangkir sempit, sedikit saja ada gerakan sendok, maka ada bunyi gemerincing. Hal yg sama terjadi dg orang2 yg belum disentuh meditasi. Mudah marah, tersinggung, sakit hati. Meditasi memfokuskan diri pada kegiatan “menyaksikan tanpa menghakimi”. Akibatnya, ruang2 pikiran tambah lama tambah luas. Sampai suatu hari bisa seluas ruang. Keadaan pikiran seluas ruang inilah mirip dg apa yg Anda sebut tanpa ego. :) w/ compassion"

"menjadi tua itu tidak sederhana. Ada sejumlah faktor yg membuat seseorang yg menua menjadi demikian problematik bagi orang2 dekat: takut mati, badan menua mulai sakit2an, post power syndrome, emosi labil, dll. Sehingga sarannya kemudian, hadiah terbaik buat ayah Anda adalah “pengertian”. Mengerti bahwa kita semua menderita, kita semua mau bahagia. Dg bekal “mengerti” ini lebih mudah toleran ke ayah. Saran lain, lihatlah ayah sebagai Guru Anda yg terus menyempurnakan Anda tidak saja melalui kasih sayangnya tapi juga melalui kemarahannya. Utk diingat baik2, kita semua berhutang banyak ke orang tua. Dan saat orang tua menua, itulah kesempatan emas utk membayar balik utang2 kita kendati tidak mungkin membayar semua utang ke orang tua. Terakhir, ketidakcocokan dg ayah adalah sebuah masukan bahwa ada toleransi, kasih sayang di dalam sini yg perlu diperbaiki. :) w/ compassion"

"tidak ada hal di alam ini yg tdk membawa makna dan bimbingan, termasuk seks. Catatannya kemudian, seks menyimpan rahasia yg hrs dirahasiakan. Makanya di nyaris semua tradisi hubungan suami istri dilakukan ditempat tertututp dan rahasia. Soal disadari, tentu saja mesti disadari. Dan bagi orang biasa energi seks lebih tinggi dr energi kesadaran. Bagi praktisi kesadaran tingkat tinggi sebaliknya, energi kesadaran lebih tinggi dr energi seks. Maaf, tdk banyak yg boleh dijelaskan soal seks. Wlayah2 rhs. :) w/ compassion" --> ini wilayah rahasia yang mesti saya gali sampai dalam 8-)

"doa terbaik utk buah hati yg berada ditempat jauh adl doakan agar ia bahagia bebas derita, berguna bagi semua."

"orang2 menyakiti tdk lahir utk menghambat perjalanan spiritual kita. Sebaliknya, ibarat amplas merekalah yg menghaluskan kualitas batin kita. Tidak mungkin menjadi halus tanpa disakiti. Untuk itu, anda sdh benar diam saja, tapi bukan diam yg memancarkan dendam, tapi diam yg memancarkan kasih sayang. Caranya, orang2 pemarah/pendendam sesungguhnya sangat menderita di dalamnya. Ibarat bayi menangis, mereka tidak memerlukan cubitan kita, mereka memerlukan pelukan2 lembut kita. Utk dicatat baik2, di zaman kita bahkan nabi pun dihaluskan melalui rasa sakit. :) w/ compassion" --> ini yang paling dalam dan entah kenapa bagi saya pribadi yang paling berat untuk dihadapi.. saya masih berpikiran sempit :(

"kapan saja kerinduan mendalam terhadap Guru muncul, laksanakan compassion pada setiap mahluk yg dijumpai saat itu. Entah merapikan tanaman, memberi makan pada kucing yg lewat, menyebrangkan orang buta di pinggir jalan, menyayangi anak2, dan banyak lagi yg lain. Ada rahasia di balik cinta kasih yg dikirim alam rahasia utk kita. Bagus kalau mendalami pesan2 yg dikirim di twitter (@gede_prama) krn ada banyak rahasia yg disembunyikan di sana. :)w/ compassion"

yang terakhir untuk post ini, saya quote yang paling ultimate:

"semua buku suci lahir utk menjawab tantangan zaman saat itu. Begitu zamannya berlalu, tantangannya berbeda, maka kita memerlukan pedoman2 berbeda juga. Belajarlah utk tidak terlalu digenggam oleh buku suci. Terutama karena semua buku suci berumur tua, dan yg paling penting sudah diterjemahkan oleh banyak orang dengan banyak kepentingan. Ditingkatan seperti Mahatma Gandhi, seseorang diperbolehkan menjadi otentik (baca: tidak kaku dg buku suci, mengambil langkah sesuai dg panggilan nurani saat ini). Anda benar, kesempurnaan (dlm bahasa Anda rta) bukanlah keadaan tanpa cela, kesempurnaan adalah kemampuan utk tersenyum pd setiap putaran karma yg datang di saat ini, kemudian melakukan panggilan kita masing2 sesuai dg panggilan nurani masing2. :) w/ compassion"





Tidak ada komentar: