24 April 2009

In de kost zijn, terminologi yang salah kaprah digunakan

selama di menuntut ilmu di Bandung saya sudah nge-kost di 2 rumah

Pertama kali saya nge-kost di Jalan Pelesiran No 58 yang ketika itu baru saja selesai dibangun, nama Kost-nya adalah "...." (lupa saya :p) yang jelas warna bagunan tersebut bewarna kuning.
Saya tinggal di kamar no 8 selama 2 tahun. Kost ini isinya ada sekitar 30 kamar.

Kedua kali saya ngekost adalah di "Sangkuriang Hunian Kost" Jalan Cisitu 45 B. Kost saya ini dahulu adalah bekas Hotel Sangkuriang, jadi desain bangunan-nya pun sampai sekarang masih tetap dipertahankan seperti hotel. Saya tinggal sekamar berdua bersama rekan seperjuangan saya Fachmi bendot/ape/bandwidth/.....(kayanya bakal nambah lagi ;p). Jumlah kamar disini saya perkirakan mencapai >50 kamar.

Tapi apakah tepat "rumah" yang saya tinggali selama kuliah di Bandung ini disebut "kost"?
Kata "kost" ini sendiri sudah familiar saya dengar dari saya kecil. Menurut orang tua saya "kost" berarti menumpang di rumah orang/keluarga lain dan kemudian sebagai balas jasa orang tersebut sudah mengizinkan salah satu kamarnya untuk ditempati, orang tersebut akan diberi imbalan berupa uang. Di zaman dahulu menurut Ibu saya, kadang ada keluarga yang tidak menuntut imbalan dari orang yang ngekost di rumah mereka. Mungkin ketika itu nilai-nilai seperti kejujuran dan kepercayaan masih kental pada bangsa ini sehingga antara pemilik rumah dan yang menumpang bisa terpelihara rasa saling tanggung jawab serta saling menghormati.

Lalu yang menjadi pertanyaannya adalah, tepatkah sebutan "kost" bagi tempat tinggal saya selama ini di Bandung?
In de Kost zijn sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Belanda yang artinya menumpang. Penyerapan kata-kata in de kost zijn nampaknya menjadi "kosan" pada bahasa Indonesia.
Berarti secara harfiah, "kosan" tetap mengandung makna menumpang di rumah orang/keluarga lain.
Pada kenyataanya, saya pikir selama ini saya merasa tidak menumpang di rumah keluarga lain. Saya lebih merasa sebagai pihak yang "menyewa" sebuah kamar. Memang saya menginap di rumah yang dimiliki orang lain, tapi empunya rumah hampir tidak pernah ada di rumah yang saya tinggali.

Jadi, sebenarnya lebih tepat dikatakan kalau saya ini "mengontrak" sebuah kamar daripada "ngekost".

Mungkin istilah "kost" ini sangat familiar karena sudah digunakan sejak dahulu tapi seiring bertambahnya jumlah orang-orang yang butuh tempat "kost" dan makin sedikit daya tampung keluarga yang mengizinkan orang-orang untuk "kost" di rumah mereka, pada akhirnya makin banyak bangunan baru didirikan dengan tujuan menyewakan kamar-kamar sebagai "kost".

Inilah terminologi yang salah menurut saya antara : "kost" dan "kontrakan"

Jadi ke depannya, ketika saya ditanya teman: "Dit, lo ngekost dimana?"
Seharusnya saya bisa menjawab:"eh gw gak ngekost kali, gw ngontrak di ...."

Ya, semoga tulisan ini bisa memberikan pencerahan kepada teman-teman :)

1 komentar:

Chekka Cuomova mengatakan...

Itu mungkin dilihat dari definisi secara verbal kali ya mbahe. Soalnya kalo definisi lainnya (entah secara ape.. Kosakata gua cekak bener), kost-an itu kan cuma kamar sedangkan kontrakan itu lebih ke rumah kecil. Rumah Sederhana lah. Just my 2 cents sih..
Anyway.. Tulisan lo KEREN durjana mbah! HITS pokonya! ;D