25 April 2011

Cinta pertama dalam hidup saya: Sepakbola

"Anda bisa saja berganti pacar, berganti istri, dan berganti kelamin, tapi jangan pernah sekalipun mencoba berganti tim sepakbola favorit Anda" Anonim, tentu dengan sedikit modifikasi di bagian pergantian kelamin.
Sebagai orang Indonesia yang harus cukup puas melihat prestasi sepakbola level tim nasional yang selalu terpuruk selama 20 tahun ke belakang dan juga sebagai orang Jakarta yang tidak merasakan ikatan emosional yang kuat dengan tim sepakbola yang mempunyai home ground di Jakarta, maka kehadiran tim-tim sepakbola di layar kaca sedari saya kecil tentu saja menjadi sebuah penyejuk ataupun oase tersendiri untuk menikmati sajian sepakbola yang berkualitas tinggi. Saya lupa kapan saya pertama kali menonton pertandingan sepakbola di televisi, tetapi saya selalu mengingat kapan saya pertama kali jatuh hati kepada sebuah tim sepakbola.

Ada 2 tim sepakbola yang mengisi kehidupan saya:











  • Jatuh hati kepada Manchester United FC (sejak Final FA Cup 1996)
Semenjak saya kecil, keluarga saya sudah berlangganan harian Kompas. Dimulai dari kebiasaan Ayah saya yang membaca koran sebelum pergi ke kantor, saya yang masih SD ketika itu mulai ikut-ikutan ayah saya untuk membaca koran. Tentu saya yang masih kecil tidak tertarik membaca kolom politik dan berita ekonomi. Pada suatu hari yang sudah ditakdirkan Tuhan, perhatian saya tertuju kepada halaman terakhir Kompas (seingat saya ketika itu Kompas masih terbit 24 halaman) yang mengulas berita olahraga internasional. Disitu diliput pratinjau pertandingan Final FA Cup 1996 antara Manchester United vs Liverpool yang akan dilangsungkan di malam harinya. Saya masih ingat betul berita tersebut membahas kelebihan-kelemahan masing-masing tim pada posisi kiper, bek, gelandang, & striker. Ketika itu saya masih belum mengikuti sepakbola secara rutin, hanya saja ada semacam tuntunan/guidance/The Force/hidayah yang membuat saya menjadi antusias untuk mendukung tim Manchester United setelah membaca berita tersebut. Pada malam harinya, saya ingat betul Final FA Cup disiarkan di SCTV, saya menonton pertandingan tersebut sampai selesai dan Manchester United memenangkan pertandingan dengan skor 1-0. Gol semata wayang dicetak oleh Eric Cantona. Saya mulai benar-benar jatuh cinta terhadap Manchester United. Dan sejak pertandingan tersebut, kecintaan saya terhadap Manchester United setelah malam itu telah menjadi sejarah yang manis...

 

Semenjak saya jatuh hati kepada Manchester United pada tahun 1996, kemudian saya baru mengetahui ternyata ada event Piala Eropa 1996 yang digelar pada bulan Juni-Juli di Inggris. Saya mengikuti nyaris semua pertandingan di kejuaraan ini, dan barulah saya mengetahui berbagai macam negara-negara selain Inggris yang berpartisipasi di kejuaraan ini. Karena disuguhi pertandingan yang menarik di kejuaraan yang akhirnya dijuarai oleh Jerman ini, mulailah saya antusias terhadap sepakbola secara umum. Hal yang membuat saya jadi ingin mengetahui pertandingan liga-liga lainnya yang ditayangkan di layar kaca Indonesia. Hal yang membuat saya...
  • Jatuh hati kepada AC Milan (sejak pertandingan pembuka Serie A musim 1996/1997)
 Jatuh cinta kepada AC Milan merupakan hal yang fitrah menurut saya. Bukan saya yang memilih AC Milan, tapi AC Milan yang memilih saya. Saya benar-benar tidak bisa melupakan 1 hari spesial dimana saya akhirnya dibaptis secara rohani menjadi seorang Milanista. Sebuah rangkaian mukjizat. Hari Minggu di sekitar bulan Agustus/September 1996, hari itu saya malas betul untuk bergerak dari kamar tidur orang tua saya. Dari pagi hari saya terus menonton acara-acara televisi sambil tidur-tiduran. Hal ini terus saya lakukan sampai malam hari sehingga saya menjadi pusing dan akhirnya muntah-muntah. Tentulah saya muntah-muntah karena seharian saya tiduran saja, tidak beraktivitas, serta malas makan. Jadilah kepala saya pusing bukan main ketika itu. Ayah saya yang panik melihat kondisi saya yang jatuh malam itu, langsung membawa saya ke klinik Jakarta Medical Center (JMC) yang lumayan dekat dari rumah saya. Nampaknya saya sakit & dibawa ke klinik merupakan rangkaian dari mukjizat ini. Rangkaian mukjizat yang mengantarkan saya kepada AC Milan adalah ketika saya mesti menunggu giliran pemeriksaan oleh dokter umum. Di ruang tunggu yang tidak terlalalu ramai, ada televisi yang memutar pertandingan sepakbola. AC Milan vs Hellas Verona. Wow, akhirnya saya menonton Liga Italia. Saya yang menunggu giliran pemeriksaan dokter, terpana dengan sebuah gol yang tercipta di pertandingan tersebut. George Weah mencetak gol yang membuat saya yang ketika kecil saja sudah berdecak kagum melihatnya. Gol dari gawang ke gawang. Itulah yang saya bisa ingat. Di akhir pertandingan, AC Milan memenangkan pertandingan dengan skor 4-0. Dan sejak pertandingan tersebut, kecintaan saya terhadap AC Milan telah menjadi sejarah yang manis...


Ada yang mengatakan pada saya: "Gak konsisten banget sih lo! Ngedukung 2 tim di Eropa!" atau "Dasar Glory Hunter!" dan cibiran-cibiran lainnya yang intinya sih menggugat keputusan saya yang mendukung 2 tim ini. Saya cukup berkata:

"Bodo Amat! Gw dikenalkan Tuhan kepada 2 tim ini sedari gw kecil itu gw anggap anugerah ajaib tak terkira dan gw bersyukur untuk hal ini!"

Ya, saya merasa memang sudah takdir Tuhan dikenalkan oleh kedua tim ini dan langsung jatuh cinta kepada mereka. Gambaran lebih luasnya lagi, saya pada akhirnya mencintai sepakbola. Anugerah yang tak terkira karena pada akhirnya ketika saya beranjak dewasa, saya bisa berkenalan dengan banyak kawan-kawan lainnya yang mencintai sepakbola. Sungguh obrolan tentang sepakbola merupakan topik obrolan yang membuat 2 orang pria menjadi sangat cepat untuk mengakrabkan diri, membuat pembicaraan menjadi luwes mengalir kesana kemari, dan pada akhirnya membuat saya pribadi makin mencintai sepakbola itu sendiri. Dengan berkenalan serta mencintai sepakbola, saya akhirnya mengenal dunia dalam artian yang luas. Dunia yang indah sekaligus kejam. Ya, dengan sepakbola saya dapat berkenalan dengan bermacam orang dari latar belakang yang berbeda. Saya dapat mengakses informasi serta memiliki pengetahuan tentang budaya bermacam-macam bangsa karena kaitan bangsa tersebut dengan sepakbola. 

Saya dapat belajar kehidupan dari sepakbola. Bahwa sepakbola merupakan sebuah "mini game" yang diberikan Tuhan kepada dunia untuk mengajarkan manusia tentang hakikat kehidupan. Ada keindahan dalam sepakbola, ada kesalahan manusia di dalam sepakbola, ada permainan tim dalam sepakbola, ada tragedi dalam sepakbola, ada kerja keras di dalam sepakbola, ada tangan tuhan dalam sepakbola, ada tangisan dalam sepakbola, ada kebahagiaan dalam sepakbola, dan esensi utama bagi saya: ada makna akan kehidupan ini di balik permainan sepakbola.

Saat ini sudah 15 tahun semenjak saya jatuh cinta dengan sepakbola, Manchester United, & AC Milan. Selama kurun waktu 15 tahun ini sudah banyak gelar diraih oleh kedua tim ini, sudah pernah pula kedua tim ini mengalami fase-fase gelap. Seperti yang tertulis pada kalimat pembuka tulisan ini, apapun yang terjadi pada kedua tim ini, saya tidak akan pernah mengganti kedua tim favorit saya ini sampai saya dipanggil oleh Yang Maha Kuasa suatu saat nanti. Suatu saat nanti saya ingin ngobrol kepada Yang Maha Kuasa, kemudian ingin berterima kasih karena telah memberikan Manchester United & AC Milan untuk memberikan kebahagiaan pada saya di dunia ini. Tentu juga, ucapan syukur yang paling mendasar adalah terima kasih Tuhan karena engkau telah menghadirkan sebuah permainan bernama sepakbola di dunia ini :)

"Soccer is the biggest thing that's happened in creation. It's bigger than any 'ism' you can name." Alan Brown






Tidak ada komentar: